Sabtu, 29 Juni 2019

Self Improvement: Zifwaf, Transportasi, dan Dinar

Assalaamu'alaikum,
Aku membuat label baru khusus untuk menuliskan tentang kemajuan diri sendiri dalam belajar ilmu agama. Gampang-nya, ini adalah hasil pembahasan atas rangkuman ketika mengikuti kegiatan/kajian disetiap akhir pekan. Katanya, sebaik-baik ilmu adalah yang bermanfaat bagi sesama. Yasudah, ini adalah bentuk nyata dalam rangka mengamalkannya. 
Aku membuka kembali buku catatanku. Lembar pertama, tertulis coretan materi tentang sedekah, infaq, dan waqaf. Saat itu (Sidoarjo, 30 Maret 2019), aku mengikuti sebuah seminar yang membahas "Optimalisasi Zisfwaf di Era Industri 4.0" Jangan kaget kalo hasil rangkumanku tak se-keren pembahasan pembicara seminar. Mon maap, aku baru anak kemarin sore. 
Awal menjelaskan, Dr. Ifan (pembicara pertama) membacakan surah Al-Imron ayat 92. 
"Lan tanālul-birra ḥattā tunfiqụ mimmā tuḥibbụn, wa mā tunfiqụ min syai`in fa innallāha bihī 'alīm”
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Dari ayat dan penjelasan pemateri, tiba-tiba tangan dan intuisi ngawurku menggambar bagan dibawah ini (Literally, from my own mind):


Umat islam itu terbagi menjadi dua yaitu kaya, dan cukup. Tidak akan ada yang namanya fakir dan miskin jika semua umat sadar akan ZISWAF (Zakat, Sedekah, Infaq, dan Waqaf).
Otakku bertanya-tanya, “ZISWAF itu apa? bedanya dari segi apa? nominalnya kah? Atau apa?”
Ir. Iwan Agustiawan Fuad (pembicara kedua) pun menjawabnya. Jika aku analogikan secara paksa, maka hasilnya seperti ini.
Ibarat kita mau pergi ke suatu tempat (surga), kita bisa memilih menggunakan kendaraan apa. Bisa pake motor (zakat), mobil (infaq), bahkan pesawat (waqaf). Mau pake kendaraan manapun, Insyaallah bisa tetep sampai pada tujuan.
Nah, secara tingkatan sudah jelas berbeda, apalagi jika dilihat secara fungsi.
Zakat, berfungsi untuk membersihkan harta karena merupakan rukun islam yang ketiga. Selain itu, pembagian atas zakat juga sudah ditentukan, hanya dibagikan kepada delapan golongan saja. Siapa delapan golongan itu? Kedelapan golongan itu adalah fakir, miskin, amil, mu’alaf, riqab, gharimin, sabilillah, dan ibnu sabil.  
Infak/sedekah, berfungsi untuk melemahkan harta. Infak dan sedekah serupa tapi tak sama. Perbedaannya, kalau infak lebih kearah materill sedangkan sedekah bisa dilakukan dalam bentuk non materil contohnya seperti senyum (mengatasnamakan senyum sebagai sedekah? Oke, tapi mohon tidak senyam-senyum setelah membaca tulisan ini). Intinya, sedekah memiliki arti yang lebih luas.
Waqaf, berfungsi untuk melepaskan harta. Benar, melepaskan memang susah. Ibaratnya, tidak semua orang bisa naik pesawat, sama halnya dengan waqaf (tidak semua orang bisa waqaf). Untuk waqaf memang lebih khusus, dijelaskan oleh Ir. Iwan bahwa waqaf ini harus dimanfaatkan secara berkelanjutan. Artinya, harus ada wujudnya atau doing by project. Misalnya, waqaf tanah untuk musholla, sarana pendidikan, dan lain sebagainya.
Ketiga kata yang aku bold ini berkaitan dengan judul diatas yaitu DINAR. Pak Imron (pembicara ketiga) menjelaskan bawha dinar berasal dari 2 kata, Din yang berarti dunia, dan Nar yang berarti neraka. Jika aku googling, DINAR adalah uang emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal.
Trus apa hubungannya ZISWAF, TRANSPORTASI, DAN DINAR? Yok, coba start to connecting the dots.
Dinar/Uang, menentukan apa yang kita lakukan antara dunia dan neraka. Jika dalam membelanjakan dinar kita jauh dari ZISWAF maka dinar merupakan transportasi yang sangat memungkinkan kita untuk mengantarkan pada tujuan akhir yang salah, yaitu neraka. Namun, jika dalam membelanjakan dinar kita dekat dengan ZISWAF, maka dinar merupakan transportasi yang memungkinkan kita untuk mengantarkan pada tujuan akhir yang benar, yaitu surga.
 والله أعلمُ بالـصـواب
Waasalaamu’alaikum.

Ditulis oleh aku yang akan terus belajar,
Selfiana~


0 komentar:

Posting Komentar