Senin, 25 November 2019

Self Story: Garis Bawah Novel Ayat-ayat Cinta


Assalamualaikum semuanya…

Gimana kabarnya? semoga segalanya semakin baik yaa ~Aamiin.
Alhamdulillah, aku tidak pernah menyangka akhirnya aku bisa membaca novel sampai selesai wkwkwk (bener-bener baca novel satu buku full). Definisi tuman adalah ketika aku membeli/mendapat novel, kemudian hanya membaca satu part aja hahahaha. Kadang juga ngerasa ngga enak hati, terutama ketika dapet doorprise novel di suatu acara.  Gimana ya? wkwkwk kalo ngga dibaca eman, tapi kalo dibaca kok yaa aku ini ngga terlalu interest. Wkwkwkw dasar aku! Nonton film ngantuk, baca novel apalagi :v




Source: bukurepublika.id

Ajaibnya, hal ini berbeda ketika aku menerima kiriman buku hibah. Tanpa ada angin-badai-topan-halilintar-halang-merintang, aku mendapatkan 4 buku setebal ±2,5 cm. Novel Ayat-ayat cinta, Novel Ketika Cinta bertasbih buku 1, Novel Ketika Cinta bertasbih buku 2, dan 1 Buku tentang Zikir.
Kalian mungkin sudah pernah melihat film yang diadopsi dari dua novel diatas bukan? Iya! Film ayat-ayat cinta dan ketika cinta bertasbih. Nah, hal ini 180 derajat berbeda denganku yang benar-benar blank dan tidak paham jalan cerita dua novel tersebut. Aku pernah dengar bahwa film ayat-ayat cinta memang sangat populer di tahun 2012, tapi apalah aku yang saat itu hanya bocah SMP yang sibuk latihan tari dan tidak paham hara-huru per-filman dan per-novelan di Indonesia.
Awalnya aku berencana membuat resensi begitu, tapi ternyata udah banyak dong wkwkwk. Sedihnya, kebanyakan resensi yang ada di blog-blog suka di-copas bebas untuk tugas Bahasa Indonesia ~hiks -.- Hal itu seketika mewurungkan niatku untuk menulis resensi novel. Budaya ngopas dari blog untuk menyelesaikan tugas itu sama sekali NDAK APIK. Kalau mau bikin resensi yang bagus yaa harus baca novelnya langsung. Ingatt yaa, instan yang enak cuman mie aja (tapi ujungnya kalo berlebihan yaa sama aja ngga sehat wkwkwk).
كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَةٍ

“Makanlah kalian, bersadaqahlah kalian serta berpakaianlah kalian dengan tidak berlebih-lebihan dan juga tidak sombong” Diriwayatkan dalam
Sunan an Nasaa`iiy (558), “al Bukhaariy” secara mu`allaq dijazamkan dengannya (4/53).

Pokonya saranku, kalo mau bikin resensi wajib baca novelnya terlebih dahulu. Kurang-kurangi budaya ngopi dari blog.
Tentu saja my lov, from my own mind aku pingin nulis sesuatu yang berbeda. Ketimbang resensi Novel, aku ingin mencatat kalimat yang sudah aku garis bawahi (hal-hal penting). Rasanya, itu akan menjadi lebih berfaedah sebab layak untuk diingat dan diambil nilai-nilainya.

“Baiti jannati. Rumahku adalah surgaku. Tempat yang kami tinggali ini harus benar-benar menjadi tempat yang menyenangkan.” ~Bagian 1, Halaman 20.
Sebagai manusia yang minim kemampuan Bahasa asing, aku menganggap Baiti Jannati adalah kalimat yang keren wkwkwkw. Pas baca kalimat itu rasanya mesam-mesem (maklum anak rumahan). Apakah kalian lebih suka diam dirumah ketimbang keluar-keluar ga jelas? Santuy! You’re not alone. Akupun begitu, dasarnya memang ngga hobi keluar rumah kecuali jika benar-benar ada kepentingan. Menjadikan rumah sebagai tempat yang menyenangkan tentu ngga bisa dilakukan sendiri, sebab ada orang tua dan saudara-saudara yang lain. Minimal, kalian bisa mulai menciptakan zona nyaman di kamar. Setting segalanya supaya terasa lebih nyaman. Ngga harus serba mewah kayak kamarnya prinses, pokonya dibikin se-nyaman mungkin. Rapi, bersih, serba pink, wangi aromaterami, gitu-gitu lah pokonya.
 Setelah selesai, berikutnya mulai jalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga (ngobrolin hal yang ringan-ringan, ngaji bareng, nonton pertandingan bola/ufc bareng, makan bareng, atau ngupil bareng wkwkwk ngga ding). Social circumstance and family life itu penting bangetttt. Banyak teman yang salah paham, dikiranya aku sejak lahir deket sama adik-adikku. Ngga! Dulu aku cuek bebek. Bodoh amat soal adek, tapi ortu menanamkan buat saling peduli. Hal itu akhirnya yang membuatku mendekati adek-adekku dan menanyakan segala hal tentang perkembangan belajar mereka dalam hal apapun. Lagian, manusia mana yang ngga luluh kalo diperhatikan dan dipedulikan secara terus-menerus? Secara otomatis sekarang adek-adekku menjadikan aku sebagai teman mereka. Tanpa mengurangi rasa hormat, mereka tahu batas kesopanan gimana memperlakukan aku sebagai seorang mbak tanpa harus merasa lebih senior. Situasi menyenangkan di dalam rumah tercipta dengan smooth meski kadang masih ada aja bumbu-bumbu percekcokan yang lumrah.

“Dan pada kenyataannya, tak ada buku atau kitab di dunia ini yang dibaca dan dihafal oleh jutaan manusia setiap detik melebihi Al-Qur’an” ~Bagian 1, Halaman 24.
MasyaAllah T.T ini bener banget. Teringat kalimat yang disampaikan oleh Syeikh Ali Jaber “Hanya Qur’an yang tidak akan meninggalkanmu. Hanya bacaan qur’an yang menemanimu menuju Allah. Bukan suami/orangtua/anak, tetapi qur’an. Tidak sekalipun bacaan qur’an itu pergi darimu. Kau akan ditemani hingga sampai di Surganya Allah dengan bacaan-bacaan Al-Qur’an. Masa manfaatnya luar biasa seperti itu kita tidak mau membacanya?”
Bacaan Qur’an kalian mungkin lebih baik dan sempurna ketimbang aku yang masih gratal-gratul ini. Untungnya, Allah Maha Baik. Orang yang bacaannya belum lancar justru mendapatkan dua pahala lebih banyak ketimbang yang bacaanya lancar :’) Satu pahala untuk kesabaran membaca Al-Quran, dan satu pahala untuk kesulitan yang dialami ketika membaca Qur’an. Jadi, bersemangatlah! wis pokoe nderes ae terus, No Matter What Keep Reciting Qur’an. Ala bisa karena biasa, kalo masih gratul-gratul yaa belajar baca terus, minta sama Allah kemudahan. My love, gusti Allah mboten sare.  Semoga Allah menjadikan kita semua dan keturunan kita kelak menjadi ahlul qur’an ~Aamiin.

“Di dunia ini memang banyak sekali rahasia Tuhan yang tidak bisa dimengerti oleh manusia lemah sepertiku.” ~Bagian 1, Halaman 27.
Sombat-sambat-sombat-sambat. Ini rasanya kok aku banget ya? Hehehe Astaghfirullah~
Baca Novel ayat-ayat cinta sedikit menyentil batinqu ~Hilih. Manusia hanya bisa berencana ini-itu, urusan hasil masih jadi hak-Nya. Yayaya, benar! Hasil akhir memang representasi dari proses yang sudah diusahakan, tapi bukankah sangat jelas jika Allah selalu campur tangan? Allah sendiri loh yang turun tangan memilihkan apa-apa yang terbaik untuk kita :’)
Kalo kata Gus Baha, “Sebagai hamba kita harus bisa mensifati Pengeran (Allah SWT). Kita ini lemah maka ada Allah yang Maha Kuat. Kita ini miskin, maka ada Allah Maha Kaya. Kita ini polos, maka ada Allah yang Maha Tahu. Kita ini kecil, maka ada Allah yang Maha Besar. Kapasitas kita sebagai manusia ini sangat terbatas, intinya apa? Allah ingin semua dari kita ini hanya bergantung kepada-Nya.” Yap! Allah know who and what best for our life.

“Sebab, hanya Allah saja yang berhak menentukan siapa-siapa yang patut diberi hidayah.” ~Bagian 1, Halaman 27.
Kata Gus Baha, “Ibadah itu punya keangkuhannya sendiri.” Dari kutipan beliau aku mengartikan bahwa kita ndak bisa memaksa orang lain melakukan segala hal yang menurut kita baik, apalagi jika urusan ibadah yang hakikatnya habluminallah. Yang harus saling disadari ialah Jika langkah kita terasa ringan ketika melakukan ibadah, maka disitulah letak Allah memberikan hidayah.

“Tak ada yang berhak melaknat manusia kecuali tuhan.” ~Bagian 3, Halaman 40.
Kalimat ini mengingatkan aku bahwa no judgement itu penting untuk dibiasakan.  Semoga kita semua dijauhkan dari sifat-sifat julid dan nyinyir. Pun, ya? Ndak  perlu menghukumi orang lain baik/buruk, cukup mendoakan yang terbaik aja. Gimana? Mantuls

“Cara menurunkan amarah orang mesir adalah dengan mengajak membaca sholawat” ~Bagian 3, Halaman 44.
Btw ini untuk orang mesir. Kalo untuk orang Jawa Timur, kira-kira piye? Ehehehe. Oiya, di salah satu kajian youtube Ust. Abdul Somad, aku pernah mendengar beliau mengatakan hal yang sama. Jika ada orang yang lagi berantem, maka ucapkanlah sholawat. “Allahumma Sholi ‘Ala Sayyidina Muhammad,” Mereka yang bertengkar akan auto menjawab sholawat tersebut. Minimal ada jeda sebelum melanjutkan amarah berikutnya wkwkwkw syukur-syukur kalo bubar. Cara ini belum pernah aku coba, lah gimana? Aku jarang liat orang berantem. Ngga kebayang sih, pas lagi enak-enak tengkar tiba-tiba nyeletuk gitu wkwkwk enak-enak jare *Ups.

Ngga kerasa dong, ternyata udah 1200 kata wkwkwkw. Sebenernya masih ada banyak garis bawah yang ngga kalah seru. Kalo aku terusin, kuatirnya malah seperti copas novel Kang Abik. Intinya, aku ngga menyesal telah mengurangi jam bubukku untuk baca Novel ini dalam sekali duduk.

Untuk siapapun yang butuh amunisi quote pembangun jiwa, bisa langsung baca novelnya aja ya. Terimakasih buat siapapun yang sudah mampir. Semoga berfaedah yaa, mon map jika ada typo-typo. Jariku bertulang, tapi kesempurnaan hanya milik Allah SWT. hehehe Apaan si? bisa dipahami ya? Wuwuwuw cerdas! ~Sekian.

Ditulis oleh aku yang laptopan sambil nyedu Es Susu Coklat.
Selfiana Hanafi.

Wassalaamu'alaikum warahmah.

Referensi:
Shirazy, Habiburrahman. 2008. Ayat-ayat cinta (sebuah novel pembangun jiwa). Jakarta: Penerbit Republika.
Muftisani. 2016. Jangan Berlebihan. (Online), (https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/09/15/odjd4o313-janganlah-berlebihan). Diakses Senin, 25 November 2019.



Continue reading Self Story: Garis Bawah Novel Ayat-ayat Cinta

Sabtu, 09 November 2019

Self Improvement: Berkarir dunia, Berorientasi Akhirat - Ustadzah Oki Setiana Dewi



12 Rabiul Awal 1441H
Masjid Citra Harmoni, Sidoarjo.

Assalaamu’alaikum…

Alhamdulillah akhirnya bisa nulis lagi setelah hiatus lumayan lama karena laptop sempat masuk rumah sakit. Di hari yang InsyaAllah penuh berkah ini, aku akan kembali berbagi catetan ngaji kepada siapapun yang nantinya akan mampir dan membacanya. Harapanku hanya satu, semoga Allah mencatat apa yang Ustadzah Oki sampaikan, apa yang aku catat, dan apa yang temen-temen baca sebagai amalan yang baik. Semoga bisa memberikan manfaat ~Aamiin allahumma aamiin.

Meski masih sangat jauh dalam menteladani akhlak Rasulullah SAW, rasanya tidak lebay jika hati ini bergetar ketika memanjatkan doa agar mendapatkan syafaat Nabi di akhirat kelak. Rasanya, tidak berlebihan jika hati ini sesak, dan air mata pun jatuh ketika merindukan kekasih Allah SWT. Rasanya, tidak keliru jika kepala ini kian tertunduk malu karena mengingkan pertemuan dengan Rasulullah Muhammad SAW sedangkan masih banyak sekali dosa yang dilakukan.
Kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga rahmat senantiasa tercurah kepada Engkau. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad.

Kajian Bersama dengan ustadzah Oki pagi ini diwarnai dengan isak tangis. Seluruh jamaah di dalam masjid dipimpin untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, dzikir berjamaah, dan memanjatkan doa, kemudian dilanjutkan dengan kajian tentang Surah An-Nisa ayat 34. 

Bismillahirohmanirrohim,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Terjemahan:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Setelah membaca ayat dan terjemahannya, Ustadzah Oki membagi pembahasan surah tersebut dalam tiga poin besar:

Pertama, Tugas Laki-laki sebagai Qowwam (pemimpin)
Menurut ustadzah Oki Setiana, yang dimaksud sebagai ‘qowwam’ adalah kemampuan untuk memikul tanggung jawab dalam hal menafkahi keluarga. Poin ini kurang terlalu dibahas sih, mungkin karena faktor waktu. Karena aku ingin tahu lebih, akhirnya aku baca ulang dari tafsirq.com. As long, pendapat Ustadzah Oki masih sejalan dengan tafsir Jalalayn yang menjelaskan bahwa laki-laki mempunyai hak dan kewajiban untuk mendidik, membimbing, dan menafkahkan harta mereka kepada istri yang taat. Menilik tafsir Quraish Shihab, beliau juga menjelaskan bahwa laki-laki sebagai qowwam/pemimpin memiliki hak untuk memelihara, melindungi, dan menangani urusan istri.

Hasil diskusi tafsirq.com menjelaskan ayat ini bahwa:
"Yakni berkuasa. Mereka berhak mengatur wanita, menekan mereka untuk memenuhi hak Allah, seperti menjaga yang fardhu dan menghindarkan bahaya dari mereka. Kaum laki-laki juga pemimpin kaum perempuan dalam arti yang memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal. Kelebihan laki-laki di atas perempuan dapat dilihat dari beberapa sisi, di antaranya karena kewalian khusus dimiliki laki-laki, kenabian dan kerasulan juga khusus bagi laki-laki, dikhususkan bagi mereka beberapa ibadah seperti jihad, shalat Jum'at dsb. Demikian juga dilebihkannya laki-laki dalam hal akal, kesabaran dan kekuatan yang tidak dimiliki kaum perempuan. Maksudnya taat kepada suaminya meskipun suaminya sedang tidak ada, ia memelihara rahasia dan harta suaminya.Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli istrinya dengan baik."

Selanjutnya, Ustadzah Oki menjelaskan bahwa pada dasarnya ada 4 jenis KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang memicu terjadinya perceraian yaitu: Kekerasan secara lisan, seperti: menghinakan, merendahkan, dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Dicontohkan, “Kamu istri bodoh!”, “Kamu paling disumpel pake duit juga udah diem!”. Kekerasan secara sifik, seperti memukul yang tidak bertujuan untuk mendidik. Kekerasan secara finansial, misalnya tidak menafkahi. Kekerasan secara seksual.

Kedua, Menjadi Istri yang Salihah
Jika seorang lelaki memiliki tanggung jawab sebagai qowwam, maka seorang wanita memiliki tanggung jawab untuk taat. Yang dimaksud taat adalah mematuhi suaminya dalam hal-hal kebaikan (ini pernah aku tulis juga di postingan tentang perempuan tiga dekade).
Dilontarkan pertanyaan kepada jamaah. “Lebih Salihah mana? Wanita yang berprofesi sebagai Ibu rumah tangga? atau wanita karir?” ngga lama kemudian jamaah diminta tunjuk tangan.

Aku mengangkat tanganku pada dua opsi yang diajukan wkwkwkw. Bukan karena tidak konsisten, melainkan karena bagiku tidak ada opsional ‘mana yang lebih salihah’ diantara keduanya. Bagiku, keduanya sama-sama salihah. Seorang wanita yang mematuhi suaminya untuk tidak bekerja dan fokus mengerjakan pekerjaan rumah adalah wanita salihah (dilihat dari patuhnya) terlebih jika memang suaminya sudah mencukupinya. Sungguh Subhanallah sekali. Seorang wanita yang memilih berkarir untuk membantu perekonomian keluarga juga wanita salihah (dilihat dari keikhlasannya dan ketulusannya membantu) sungguh MasyaAllah sekali. Keduanya sama-sama salihah, bukankah begitu?
Bayangkan saja, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu tidak ada jam kerjanya loh. It is a full time job, so do not apply if you only do it part time. Nah trus, apa kabar dengan wanita yang memilih untuk berkarir plus tidak meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga? Like the real extra-ordinary woman nggak sih?
Lanjut!
Perihal wanita karir, Ustadzah Oki menjelaskan bahwa gaji yang diterima oleh suami di dalamnya ada hak istri sedangkan gaji yang diterima oleh istri adalah 100% hak istri. Eitss! Jangan berprasangka buruk dulu. Jika niat awal wanita bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, maka tentu saja tidak ada anggapan 100% seperti diawal. Bisa jadi malah timbul rasa saling empati dan kerjasama yang baik. Misalnya, atas keridhoan istri maka bisa digunakan untuk bayar listrik, bayar sekolah anak, tabungan umroh, atau kebutuhan lainnya.
Bagaimana hukumnya menggunakan gaji wanita untuk kebutuhan rumah tangga? Boleh. Hal tersebut akan dihitung sebagai sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim).
Terkait ridho untuk wanita yang berkarir. Ada syarat yang harus dipenuhi untuk wanita yang memilih bekerja di luar rumah:
a.       Mendapatkan Izin dari orangtua (untuk yang belum menikah), atau mendapatkan izin suami (untuk yang sudah menikah). Jika mendapatkan izin, maka sah-sah saja jika diniatkan untuk hal yang baik.
b.    Menutup aurat sesuai dengan Q.S Al-Azab ayat 59
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
c.       Tidak merendahkan/ menghaluskan suara. Tentu saja, ketika bekerja diluar rumah, interaksi dengan orang yang bukan mahram akan sering terjadi. Sebisa mungkin komunikasi secara singkat, padat, dan jelas. Jika komunikasi yaa seperlunya saja.
d.       Menjaga kehormatan diri sendiri dan keluarga.
Mengingat kembali bahwa sebenarnya untuk menjadi wanita salihah kuncinya ada dua, yaitu taat kepada Allah (auto taat pada suami), dan bisa menjaga diri serta menjaga harta suami sekalipun suami tidak ada (setia).
Jika poin sebelumnya membahas hal-hal yang menyebabkan perceraian bisa terjadi, maka sekarang kebalikannya. Khusus untuk yang belum menikah, alangkah baiknya jika membuat perjanjian pra-nikah. Misalnya membuat kesepakatan tentang izin bekerja, menanyakan hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai dengan maksud menjaga keharmonisan rumah tangga. Hal ini sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Anna Athafunnisa dalam novel dan film ketika cinta bertasbih (aku baru tau masa? ternyata pemeran utama dalam film tsb adalah ustadzah Oki Wkwkwkw). Baru beberapa saat yang lalu kelar baca novelnya, eh sekarang Allah perkenankan ketemu sama pemerannya. Fyi, ketika ustadzah Oki menikah dengan suaminya, beliau juga mengajukan syarat pra-nikah yaitu tetap diizinkan untuk melanjutkan kuliah dan berdakwah.
Ustadzah Oki memberikan tips untuk setiap pasangan yang sudah menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga LDR (Long Distance Relationship). Beliau meminta untuk kita menteladani kisah dari Nabi Ibrahim as. dengan ibunda Siti Hajar. Atas kesabaran keduanya, lahirlah keturunan yang luar biasa akhlaknya yaitu Nabi Ismail a.s. Pernikahan Nabi Ibrahim dengan Ibunda Siti Hajar mengajarkan bahwa kita sebagai umat harus menitipkan segala sesuatu pada Allah. Penjagaan manusia itu terbatas, yang tidak terbatas hanyalah penjagaan Allah. Maka titipkan apapun yang kalian saying agar senantiasa dijaga oleh Allah SWT.

Ketiga, Meyikapi Istri yang Nusyuz (tidak Taat)
Banyak hal yang berjalan tidak sesuai dengan kemauan. Tidak menutup kemungkinan tentang poin yang ketiga. Dua poin diatas adalah kondisi ideal, namun bagaimana jika mendapati sesuatu yang tidak ideal? Berbicara tentang menyikapi istri yang tidak taat. Hal yang bisa dilakukan ada tiga. Pertama, menasehati. Kedua, mendiamkan, dan ketiga Memukul. Akan tetapi perlu diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah memukul istri-istrinya, oleh karena itu memukul adalah opsi yang paling akhir.
Pertama, menasehati. Menasehati ternyata juga ada adabnya. Kita tidak boleh menasehati didepan banyak orang, hal ini karena dianggap sama dengan mempermalukan. Adab menasehati dimulai dari menata niat untuk mengharapkan ridho Allah SWT, kemudian dilanjutkan dengan berbicara empat mata (tidak diketahui atau didengar oleh orang lain), berbicara dengan penuh kelembutan, dan memilih waktu dan tempat yang tepat.
Kedua, mendiamkan. Mendiamkan seseorang adalah salah satu bentuk sikap kesabaran. Memberikan jeda untuk saling meredam ego dan amarah. Bisa dilakukan dengan memberikan space ketika tidur.
Ketiga, memukul. Diperbolehkan memukul asal tidak lebih dari 10x pukulan, dan pukulan tersebut sifatnya adalah pukulan yang mendidik (bukan menganiaya, meninju bagai fighter UFC, apalagi sampai meninggalkan bekas memar). Memukul yang dimaksud juga tidak boleh mengenai bagian wajah, hanya sebatas pukulan yang mengagetkan dengan tujuan mendidik. Namun ingat kembali bahwa opsi ketiga ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Dari kajian diatas, aku banyak mengambil hikmah. Pas nyampe rumah langsung nanya ke ortu tentang keridhoan mereka tentang pekerjaan dan usaha kecil yang kau jalankan wkwkwk telat sih sebenernya, tapi yaaa ngga papa. Pada dasarnya aku tahu mereka berdua ridho dan mengizinkan, tapi apa salahnya menanyakan dan memastikan ulang ya kan?
Baik, sekian dulu untuk kajian kali ini.

Mon maaf jika ada salah-salah pengetikan karena jariku adalah jari biasa yang bertulang ~apasih :v
Yaudah pokonya Wassalamu’alaikum.

Ditulis oleh aku yang belum ganti baju sejak pulang kajian, menghadap kiblat, dan ngetik ginian sambil makan cemilan.
Selfiana Hanafi.



Continue reading Self Improvement: Berkarir dunia, Berorientasi Akhirat - Ustadzah Oki Setiana Dewi