Minggu, 30 Juni 2019

Self Improvement: Adab Makan Part 1



Assalaamu'alaikum,
Entahlah ada apa dengan hari ini, aku jadi semangat ngotak-ngatik-dan ngutek blog ini (baru pulang dari gramed trus nyasar nonton interview Habibi Ainun 3) wkwkwkw. Oke, langsung aja. Setelah postingan sebelumnya, berikutnya adalah catatanku tentang ADAB MAKAN. Mungkin sebagian dari teman-teman udah paham banget gimana adab makan yang baik dan benar, tapi ndak ada salahnya juga aku tetap membagikan info ini ~ceilah.
Catatan kali ini adalah hasil aku duduk, mendengarkan, dan mencatat dari kajian mingguan di Masjid Al-Falah (Surabaya, 6 April 2019). Oleh karena aku datang terlambat, aku tidak tahu menahu siapa nama Ustadz yang mengisi kajian ini :” wkwkwk seriusan telat karena ban bocor.
Silahkan ambil pesan moralnya.
Pagi itu dimulai seperti biasa sampe dengan sarapan pagi. Berangkat emang sengaja mepet jam kajian. Subhanallah, di pagi yang mepet justru ada tragedi ban bocor. For real, waktu itu aku boncengan tiga sama mbak sama adekku wkwkwk (Ya kali, motor beat dipake boncengan tiga wkwkwkw. Udah gitu, jalanannya masyaallah super alus. Se-alus-alusnya sampe bisa bikin ban bochorrr). Dengan motor yang ban-nya bocor, aku terpaksa meminta mbakku untuk jalan kecil-kecil, sedangkan aku dan adek duduk di motor (mucuk banget sama dashboard motor wkwkw) untuk terus jalan sambil cari tambal ban. Kurang lebih, ngga sampe sekilo aku nemu tambal ban. Aku nurunin adekku di tambal ban, dan aku ngejemput mbakku pake motor yang bannya bocor tadi, dan aku sama mbak balik ke tambal ban lagi. Yap! Bolak-balik kayak orang kurang kerjaan banget! Asli, nggilani. Hahaha.
Aku menawarkan ke mbak, dan adek untuk nge grab aja, biar ngga telat. Tapi mereka berdua gamau, lebih memilih nungguin aku dan motorku yang … bocor!
“Waduhhh, mbak ini harus diganti … Ban dalemnya udah dedel,” kata tukang tambal bannya.
Si mbak bisik-bisik, intinya dia ngode kalo itu cuman modusnya tukang tambal ban yang gamau repot. Wajar sih mbak mikir gitu, soalnya emang gestur dan cara ngomong si Bapak agak gimanaaa gitu (judes, dan wajahnya tuh gak bersemangat menghadapi hari gitu wkwkwk).
Aku awalnya juga punya feeling yang sam, tapi setelah tak ingat lagi, emang sebelumnya ban motorku udah kena paku hampir 5xan. Terakhir kali, tukang tambalnya tuh asal-asalan banget. Lumrah, kalo bapaknya bilang ban motorku bobrok, Itu tuh ada benernya wkwkwk.
Aku yang awalnya diem aja, jadi bilang. “Yaudah Pak, mboten nopo-nopo diganti mawon”
Si Bapak langsung gerak cepat menuju rumahnya mengambilkan ban motor baru. Pas aku mau bayar, Eh disuruh bayar 10.000 aja dong. Waaahhhh, Alhamdulillah gak tuh? Setelah eyel-eyelan, si Bapak tetep ngga mau dibayar lebih.
“Niki leles kok mbak … pun sampean beto” ban ‘leles’ alias ban bekas motor orang yang bocor dan ditambal sama bapaknya sendiri.
Masyaallah,
Dari sini aku merasa bahwa aku berhasil meredam prasangka burukku. Hanya sebatas pikiran, dan tidak sampai diucapan. Aku menepisnya dalam hati, namun aku juga meminta pegampunan atas prasangka diri sendiri yang sempat memikirkan dugaan buruk pada si Bapak.
Well, akhirnya kami bertiga sampai di Masjid Al-Falah dengan selamat (tanpa ketilang wkwkwk mohon untuk tidak mencontoh tindakan cabe-cabean kami).
Sampe di Al-Falah, ternyata ruangannya udah penuh. Barokallah, rejekinya anak salihah! meski telat, aku duduk tepat barisan depan. Eitss! bukan karena ada kenalan orang dalam yaa wkwkw.
Tanpa merasa berdosa, aku lantas duduk, dan bersalaman dengan dua orang yang ada disebelah ku. Setelah salaman, teman sebelah ini dengan baiknya meminjamkan catatannya padaku. Otomatis, rasa syukurku semakin bertambah (Udah telat, duduk di deretan depan Pak Ustadz, trus dipinjemin catatan pula). Rasanya kok yaa gimana kalo ilmu yang secuil ini tidak disebarluaskan.
Yuk! Mulai bahas materi kajiannya (Isinya cuman berbagi catatan hasil ngaji aja, tidak lebih!)
Adab dalam makan atau Bahasa kerennya dikenal dengan table manner. Hal ini juga sudah diatur di dalam Al-Quran. Pak Ustadz menjelaskan bahwa adab makan terkandung dalam beberapa surah, yaitu surah Al-Baqarah 168, Al-Baqarah ayat 172, Al-Maidah ayat 88, Al-A’raf ayat 21, dan Al-An’am ayat 31. Seru kaannn?
Q.S Al-Baqarah ayat 168.
Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang halalan dan thoyibban. Yang dimaksud dengan Halalan adalah halal barangnya, dan halal cara mendapatkannya. Let's say, kamu beli makanan yang halal, tapi belinya pake uang hasil nyopet/korupsi/uang hasil malak, ya sama aja bohong dong. Dua unsur diatas harus selalu diingat bahwa yang dimaksud halal adalah Halal barangnya, dan Halal cara mendapatkannya.
Berikutnya, yang dimaksud dengan thoyibban adalah meninggalkan hal yang kotor/samar/syub’at. Maksudnyaaa apaaahhhh yaaa? wkwkwk from my own mind, thoyibban lebih kepada meninggalkan sesuatu yang membuat hatimu ragu (definisi aslinya luas banget, tapi mungkin bisa dipersempit biar ndak membingungkan). Contohnya, kamu punya penyakit darah tinggi. Waktu ada durian montong atau lontong kikil, jauh didasar lubuk hatimu kamu pengen makan. Disisi lain, ada peri baik yang meneriakkan fakta soal darah tinggi dibadanmu yang akhirnya membuatmu ragu-ragu.
“Duuuuuh boleh ngga ya aku makan ini? Ntar kalo aku makan penyakitku kambuh, tapi kok aromanya menggoda selera yaa ....”
Nah, keragu-raguan ini bisa menjadi salah satu kategori tidak thoyib. Ingat juga bahwa makanan yang halal itu juga belum tentu thoyibban. Artinya, kita harus cerdas terkait membedakan mana yang baik untuk kita konsumsi dan mana yang tidak baik. Minimal harus paham ukuran RELATIF bagi diri sendiri. Q.S Al-A’raf ayat 21, diperbolehkan makan di dalam masjid dan diperbolehkan berbagi dengan orang-orang terdekat (tidak dikonsumsi secara pribadi dan berlebihan).
Misalnya lagi, aku suka es krim (yang udah jelas ada label halal dari MUI, dan cara beli/dapatnya juga insyaallah halal), tapiiiiii kalo aku beli es krimnya satu kotak frezzer dan kuhabiskan sendiri, kira-kira gimana? Meski halal tapi belum tentu thoyibban toh ya? Nah, mari kita kaitkan juga dengan Q.S Al-Maidah ayat 88. Memang benar, jika ada istilah bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik :)
Q.S Al Baqarah ayat 172
Adab makan yang berikutnya adalah tentang bersyukur kepada Allah atas apa yang bisa kita nikmati. Cara bersyukurnya gimana? Bisa dilakukan dengan tiga cara
·         Pertama, bersyukur dengan hati. Ketika seseorang mampu mampu bersyukur dengan hati atas apa yang menjadi rejekinya, Insyaallah akan terhindar dari sifat KEMARUK dan SERAKAH. Ada efek minimal dan maksimal ketika hati seseorang bisa bersyukur. Minimal, tidak grusa-grusu seperti orang yang belum makan satu abad. Maksimalnya, menjadikan apapun yang diterima sebagai sarana yang dapat menambah semangat dalam beribadah. Woaaah mantap kan?
Kadang, aku suka heran dengan praktek yang terjadi di kehidupan nyata (maunya tak kasih contoh tapi kok yaa takut salah wkwkwk ngga usah lah, cukup! Lanjutttt…).
·         Kedua, Bersyukur dengan lisan. Jelas! Apalagi jika bukan mengucapkan Alhamdulillah. Yang sering dicontohkan oleh orang-orang dirumah adalah ketika minum. Sebelum meneguk air minum mengucap Bismillahiallah Barokallah, dan setelahnya mengucap Alhamdulillah. Fyi, ini setiap tegukan ges hehe (diucap dalam hati, masa iya mau teriak-teriak? Kan ngga etis dong wkwkwk tapi kalo dirumah suka sambil teriak-teriak sih :v maksudnya biar di contoh sama adik-adik. Lagipula, jangan dibayangkan teriaknya kayak orang marah-marah yaaa, teriak disini masih dengan kasih sayang ~uhuy!).
·         Ketiga, Bersyukur dengan amal, dan perbuatan. Yang dicontohkan oleh Pak Ustadz adalah merenungi makanan atau Bahasa badainya adalah bertafakur atas makanan yang diperoleh. Antimainstream banget kan? Merenung soal makanan bukan soal mantan (emang punyak? Kagak!) hihihi. Maksud merenenung atas makanan adalah mengaitkan segala sesuatu dengan Allah SWT. Misalnya, aku makan tempe nih. Sambil makan, aku juga merenung
Ya, Allah nih tempe enak bener ya? Ini kedelainya pasti di tanem pake pupuk unggul nih, trus diolahnya sama orang-orang yang ikhlas, trus orang yang masakin tuh penuh kasih sayang banget. Pantes aja yaa, bisa se-enak ini. Terimakasih Ya Allah.”
Hal serupa juga perlu dibayangkan ketika makan krupuk, dan makanan lainnya. Ingat, bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, namun rasa syukur itulah yang menjadikan kita bahagia ~anonymous wkwkwk. Hal ini disebut juga I’tiraf atau mengakui bahwa segala nikmat berasal dari Allah SWT :”

 والله أعلمُ بالـصـواب
Wassalaamu'alaikum 
Sekian, 
Adab Makan akan disambung lagi menyesuaikan mood.
Ditulis oleh aku yang moody,
Selfiana~



Continue reading Self Improvement: Adab Makan Part 1

Sabtu, 29 Juni 2019

Self Improvement: Zifwaf, Transportasi, dan Dinar

Assalaamu'alaikum,
Aku membuat label baru khusus untuk menuliskan tentang kemajuan diri sendiri dalam belajar ilmu agama. Gampang-nya, ini adalah hasil pembahasan atas rangkuman ketika mengikuti kegiatan/kajian disetiap akhir pekan. Katanya, sebaik-baik ilmu adalah yang bermanfaat bagi sesama. Yasudah, ini adalah bentuk nyata dalam rangka mengamalkannya. 
Aku membuka kembali buku catatanku. Lembar pertama, tertulis coretan materi tentang sedekah, infaq, dan waqaf. Saat itu (Sidoarjo, 30 Maret 2019), aku mengikuti sebuah seminar yang membahas "Optimalisasi Zisfwaf di Era Industri 4.0" Jangan kaget kalo hasil rangkumanku tak se-keren pembahasan pembicara seminar. Mon maap, aku baru anak kemarin sore. 
Awal menjelaskan, Dr. Ifan (pembicara pertama) membacakan surah Al-Imron ayat 92. 
"Lan tanālul-birra ḥattā tunfiqụ mimmā tuḥibbụn, wa mā tunfiqụ min syai`in fa innallāha bihī 'alīm”
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Dari ayat dan penjelasan pemateri, tiba-tiba tangan dan intuisi ngawurku menggambar bagan dibawah ini (Literally, from my own mind):


Umat islam itu terbagi menjadi dua yaitu kaya, dan cukup. Tidak akan ada yang namanya fakir dan miskin jika semua umat sadar akan ZISWAF (Zakat, Sedekah, Infaq, dan Waqaf).
Otakku bertanya-tanya, “ZISWAF itu apa? bedanya dari segi apa? nominalnya kah? Atau apa?”
Ir. Iwan Agustiawan Fuad (pembicara kedua) pun menjawabnya. Jika aku analogikan secara paksa, maka hasilnya seperti ini.
Ibarat kita mau pergi ke suatu tempat (surga), kita bisa memilih menggunakan kendaraan apa. Bisa pake motor (zakat), mobil (infaq), bahkan pesawat (waqaf). Mau pake kendaraan manapun, Insyaallah bisa tetep sampai pada tujuan.
Nah, secara tingkatan sudah jelas berbeda, apalagi jika dilihat secara fungsi.
Zakat, berfungsi untuk membersihkan harta karena merupakan rukun islam yang ketiga. Selain itu, pembagian atas zakat juga sudah ditentukan, hanya dibagikan kepada delapan golongan saja. Siapa delapan golongan itu? Kedelapan golongan itu adalah fakir, miskin, amil, mu’alaf, riqab, gharimin, sabilillah, dan ibnu sabil.  
Infak/sedekah, berfungsi untuk melemahkan harta. Infak dan sedekah serupa tapi tak sama. Perbedaannya, kalau infak lebih kearah materill sedangkan sedekah bisa dilakukan dalam bentuk non materil contohnya seperti senyum (mengatasnamakan senyum sebagai sedekah? Oke, tapi mohon tidak senyam-senyum setelah membaca tulisan ini). Intinya, sedekah memiliki arti yang lebih luas.
Waqaf, berfungsi untuk melepaskan harta. Benar, melepaskan memang susah. Ibaratnya, tidak semua orang bisa naik pesawat, sama halnya dengan waqaf (tidak semua orang bisa waqaf). Untuk waqaf memang lebih khusus, dijelaskan oleh Ir. Iwan bahwa waqaf ini harus dimanfaatkan secara berkelanjutan. Artinya, harus ada wujudnya atau doing by project. Misalnya, waqaf tanah untuk musholla, sarana pendidikan, dan lain sebagainya.
Ketiga kata yang aku bold ini berkaitan dengan judul diatas yaitu DINAR. Pak Imron (pembicara ketiga) menjelaskan bawha dinar berasal dari 2 kata, Din yang berarti dunia, dan Nar yang berarti neraka. Jika aku googling, DINAR adalah uang emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal.
Trus apa hubungannya ZISWAF, TRANSPORTASI, DAN DINAR? Yok, coba start to connecting the dots.
Dinar/Uang, menentukan apa yang kita lakukan antara dunia dan neraka. Jika dalam membelanjakan dinar kita jauh dari ZISWAF maka dinar merupakan transportasi yang sangat memungkinkan kita untuk mengantarkan pada tujuan akhir yang salah, yaitu neraka. Namun, jika dalam membelanjakan dinar kita dekat dengan ZISWAF, maka dinar merupakan transportasi yang memungkinkan kita untuk mengantarkan pada tujuan akhir yang benar, yaitu surga.
 والله أعلمُ بالـصـواب
Waasalaamu’alaikum.

Ditulis oleh aku yang akan terus belajar,
Selfiana~


Continue reading Self Improvement: Zifwaf, Transportasi, dan Dinar

Jumat, 28 Juni 2019

Self Edu: Apa itu Literasi Keuangan Syariah?



Beberapa waktu yang lalu (hampir sebulan wkwkwk), aku mengikuti sebuah acara yang dihadiri oleh praktisi akuntansi syariah. Ditengah-tengah semangat yang membabi buta untuk memperdalam ilmu agama, aku juga tidak meninggalkan bidang yang selama ini menarik hatiku (akuntansi). Meski aku tidak begitu expert, namun aku diberikan kesempatan untuk hadir, duduk, menyimak, mencatat, dan bertanya di sebuah forum ilmiah. Tentu, hal ini membuatku bangga pada diri sendiri. Eitss, aku sadar betul bahwa aku duduk disana untuk mewakili teman-teman semua. ~ceilah!
Semua karena Allah. Jika bukan karena Allah, sama sekali tidak mungkin! Aku lo siapa btw? Butiran debu!
Niatan yang baik, ditunjang dengan usaha serius untuk belajar, mengantarkan aku untuk bisa berjalan di jalan yang terang. Sebelum aku duduk di forum itu, aku menggali informasi terkait dengan akuntansi syariah. Mencari tahu bagaimana praktiknya dalam kehidupan nyata. Maklum, meski dulunya juga pernah belajar di mata kuliah akuntansi syariah, aku masih suka lupa-lupa gitu dah wkwkwk.
Alhamdulillah! ketika sudah review dikit-dikit, aku jadi lebih nyambung dengan apa yang disampaikan oleh para keynote speaker dan jajaran praktisi yang soupppeeerr duperrr Masyaallah. Sungguh! Aku mencatatnya secara acak-acakan, dan dibawah ini adalah hasil rangkuman versi bagusnya (meski masih terlihat oret2an jugak).

Ketika aku bikin status di WA, beberapa teman menyerangku dengan manja wkwkw.
Sel itu apa? Sel itu maksudnya gimana? Jelasin!
Oleh karena saat ini sedang gabut akibat menyadari sebuah petunjuk (masalah hati), aku memutuskan daripada galau mending nepatin janji yang satu ini. Baiklahhhh
ACCELERATION SHARIA FINANCIAL/AKSELERASI KEUANGAN SYARIAH
Kenapa kok di Indonesia bermunculan bank syariah gini. Sejak kapan? Why?
Begitulah diriku yang terlambat berfikir ini. Mungkin diantara kalian sudah membuka rekening bank syariah sejak dulu kala. Hal ini berbeda denganku yang baru sekitar 4 bulan yang lalu beralih ke bank Syariah.
Menjawab pertanyaan receh diatas,
Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama islam. Bukan hanya di Indonesia, fakta statistik (CIA World Factbook, 2019) juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menempati posisi pertama dengan jumlah penduduk yang beragama islam sebanyak 225,25 juta jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk keseluruhan, maka diperoleh rasio sebesar 87,2%.
Oke, sudahi berbangga soal jumlah mayoritas beragama islam. Nah, sekarang gimana dengan praktik keuangan syariahnya?  
Indonesia dalam segi jumlah memang menang, namun dari segi praktik keuangan syariah masih sangat amat kurang. Bahkan, jika dibandingkan dengan negara upin-ipin pun, Indonesia masih tertinggal. Bayangkan, Indonesia hanya mampu berada di urutan ke-9 dari 10 negara islam lainnya, dari sisi aset industri jasa keuangan syariah. Itulah mengapa diadakan sebuah forum ilmiah yang secara khusus membahas tentang bagaimana percepatan keuangan syariah di Indonesia ini bisa berkembang lebih baik lagi.
Logikanya sudah ketemu ya? Lanjuttt….
Merujuk pada catatanku, dalam acara tersebut dijelaskan bahwa:
1.       Indonesia masih harus menguatkan strategi untuk meningkatkan KESADARAN LITERASI dalam hal keuangan syariah. Untuk melakukan itu, dibutuhkan sinergi yang baik dengan seluruh lapisan komunitas. Pemerintah sudah menerbitkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dibidang keuangan, dan perbankan syariah. Tidak hanya pemerintah yang berperan, Praktisi, Bank Indonesia, Penyedia Jasa Perbankan, dan Masyarakat, Akademisi juga turut bersinergi.
2.       Perkembangan industri keuangan dan perbankan syariah di Indonesia tuh sudah berjalan sejak 25 tahun yang lalu. Jadi, sebelum aku lahir di dunia yang fana, keuangan syariah tuh sudah ada. Tapi sayangnya, pertanyaan receh diatas baru timbul ketika aku duduk dibangku kuliah (tepatnya diusia yang rentan galau antara jajan beli ini itu, atau hemat demi beli buku-buku). Selama 25 tahun berjalan, ternyata keuangan syariah di Indonesia masih memiliki banyak tantangan. Salah satunya adalah tentang kemampuan untuk punya sumber daya manusia (SDM) yang paham, kompeten, dan mumpuni dalam keilmuan keuangan syariah.
3.       Sebenernya Literasi Keuangan Syariah tuh gunanya buat apa?
Pada intinya, prinsip keuangan syariah mengacu pada syariat islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist. Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komperehensif, dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Maha Kuasa (habbluminallah) maupun hubungan sesama manusia (habbluminnas) KOK JADI CERAMAH????? Mon maap!
Islam memberikan petunjuk tentang segala hal yang dilakukan dalam hidup, jika dikaitkan dengan tujuan melakukan kegiatan keuangan syariah, maka diperoleh tigal hal berikut ini:
a.       Akan tercipta peningkatan perilaku baik seseorang dalam sebuah lingkungan,
b.       Memberikan rasa aman dalam diri manusia itu sendiri, dan
c.       Ikut serta menyokong stabilitas ekonomi di Indonesia.
Tiga hal ini juga akan berpengaruh pada tigal hal lainnya yaitu, kemampuan, perilaku dalam keseharian, dan etika dalam menjalankan kehidupan.
Artinya, silahkan di kritisi sendiri (kepoin tentang hubungan keuangan syariah dengan banyak hal). Jika kamu sadar betapa indahnya muamalah dengan konsep syariah, Pasti! dengan sendirinya bakal bilang “That was amazing”.
Aku tidak ingin menjelaskan bagaimana pikiranku bisa bercabang, dan mengaitkan satu hal dengan hal yang lainnya, karena mungkin pikiran dan cabang-cabang dalam otakku ini bisa terdengar salah, alay, berlebihan, dan nggak nyambung kadang-kadang. Harap maklum, dulu jatah SKS di-mata kuliah akuntansi syariah hanya dua SKS (Dua gindil SKS yang sangat kurang untuk seorang hamba yang gak tau apa-apa sepertiku). Ingin tahu lebih lanjut? Mari berdiskusi denganku belajar dengan meningkatkan kegiatan literasi! wkwkwkw  
4.       Literasi keuangan syariah? Biar apa sih??
Biar familiar! At least kedepannya makin paham dan sadar dengan keberadaan penyedia jasa keuangan syariah (pindah dari konvensional menuju syariah). Dengan begitu, akan mudah tercipta keseimbangan antara layanan keuangan syariah, perencanaan keuangan secara syariah, dan dampak pemahaman tentang keuntungan bermuamalah dengan konsep syariah.
Disini aku sama sekali tidak menjelaskan tentang pengertian keuangan syariah itu apa, karna aku yakin diluar blog ini, sudah ada jurnal ilmiah, dan artikel yang lebih berbobot untuk kalian baca. Sengaja nulisnya gini aja, biar makin penasaran. Yang jelas, aku ingin mengajak kalian membuka tabungan syariah menggunakan akad wadiah. Bisa pake layanan bank manapun, yang jelas mari buka rekening baru, di bank syariah saja.

ditulis oleh manusia yang menolak untuk patah hati,
Selfi~
Continue reading Self Edu: Apa itu Literasi Keuangan Syariah?