Senin, 16 September 2019

Self Improvement: Perempuan 3 Dekade


Assalaamu’alaikum…

Kemarin, Ahad 15 Muharram 1441 (Minggu, 15 September 2019) aku mengikuti kajian muslimah. Sebelumnya aku sudah membuat polling ala-ala. Alhamdulillah, aku seneeeeng banget karena dari 1.2k followers di akun instagramku, ada sekitar 90 orang yang ikut voted (laki-laki dan perempuan). Terimakasih untuk 90 orang yang merespon polling secara aktif. Semoga Allah selalu menjaga semangatmu untuk menimba ilmu ~eaaak.
Apakah kamu salah satunya yang voted agar aku nulis hasil kajianku pagi ini di blog?
Selamat! aku akhirnya nulis di blog hehehe. Seneng juga karena banyak yang voted supaya aku nulis di blog. Ini pertanda bahwa minat baca teman-temanku tinggi-tinggi setinggi gunung Himalaya dan semeru yang ada di puncak jawa wkwkwk. Sebenernya aku juga lebih nyaman nge-blog (nyaman is namber wan), soalnya kalo di blog aku lebih leluasa untuk menjlentrehkan apapun. Otomatis info yang teman-teman dapatkan juga ngga setengah-setengah. Totalitas tanpa batas ~Hilih.
Alasan nulis ginian tidak lain karena aku sadar bahwa “Kita semua tidak bisa menjadi baik seorang diri”. Aku membutuhkan teman-teman supaya apa yang aku pelajari, apa yang aku tulis, dan apa yang aku dengar bisa menjadi butiran pahala. Yang mungkin itu bakal disukai sama Allah ta’ala sehingga bisa menarikku ke surga. Untuk tulisan, aku menjelaskannya sesuai dengan apa yang aku dengar dan apa yang aku catat. Semoga kalian berkenan membaca hingga akhir ben ndak salah paham dong.
Selain materinya bagus bangeettt, kayaknya ngga adil aja gitu kalo cuman aku yang tahu. Semoga ini bisa menjadi komitmenku untuk aktif hadir di kajian dan langsung menuliskannya agar bisa bermanfaat ke lebih banyak orang. ~Aamiin.
Kajian hari ini ngebahas soal wanita dalam 3 dekade. Meanwhile, wanita emang selalu menarik. Bukan karena keribetan dandannya yaaa. Akan tetapi lebih kepada bagaimana istimewanya Islam menghargai seorang perempuan. Bahkan Rasulullah SAW pernah menjawab 3 kali untuk menghormati seorang ibu barulah yang keempat adalah bapak wkwkwk. Aku juga bersyukur ketika yang voted juga ada yang cowok, soalnya menurutku ini juga penting diketahui oleh para kaum Adam. ~Adamsari
Berikut materinya …
DEKADE PERTAMA (10 tahun pertama dalam hidup)
Dekade pertama merupakan pondasi untuk dekade berikutnya. Oleh karena itu, masa 10 tahun pertama bisa dibilang “yang terpenting” untuk membentuk bagaimana kamu kedepannya. Ga salah jika ada istilah yang mengatakan bahwa karakter anak itu harus dibentuk sejak golden age (0-5 tahun). Bahkan, dalam Islam dikatakan bahwa kepribadian seorang anak itu sudah terkonsepsi sejak kita memilih pasangan. Kaget kan? Ya! Aku jugak btw.
Bayangin, kepribadian anak kita sudah terkonsep sejak kita milih pasangan. Lhaa kalo pasangan awut-awutan kan kasian dong konsep kepribadian anak kita kelak? Huwwww. Makanya aku merumuskan sebuah quote “Simpan baik-baik hatimu, karena dia belum tentu jodohmu” hahaha bijaksana mendadak. ~oposiiiii :D
Lanjut!
 Di 10 tahun pertama, tiap orang akan mengalami beberapa fase perkembangan:
Fase Pembentukan Kepribadian
Dalam hal ini, sesungguhnya manusia baik pria/wanita masih dalam kondisi fitrah/suci/islam. Artinya, manusia masih lemah/ketergantungan dengan orangtuanya. Kalo kata orang jawa “Opo jare wong tuwo”. Contohnya: masuk sekolah PAUD-TK, pasti dipilihin sama orangtua. Begitu pula dengan tempat ngaji atau kegiatan lain yang diikuti. Semua masih tergantung dari pola asuh orang tuanya. Rada’ otonom sih, tapi memang begitulah adanya. Masa iya TK udah milih sendiri mau TK di singapurrrr gitu? Kan yaa ndak. Manut, pilihan orangtua~
Pada fase ini, anak sudah seharusnya dikenalkan dengan nilai-nilai keislaman. Mulai dari mengenalkan cinta kepada Allah dan Rasulullah SAW, mengajarkan doa-doa harian, menjelaskan mengapa wanita dalam islam harus berjilbab, dikenalkan dengan hukum islam, fiqh muamalah, dan fiqh wanita. Misalnya, mulai dikenalkan apa itu hadas kecil dan hadas besar, apa itu najis, bagaimana cara bersuci yang benar, dsb. Sehingga ketika memasuki masa baligh, anak tidak lagi mengalami kesulitan dalam melaksanakan ibadah. Pokonya mulai dipahamkan dengan norma-norma sosial dan moral ~Mantap betul.
Fase mengembangkan segala potensi
Seorang anak sudah selayaknya diberikan kebebasan berekspresi, namun tetap harus diberikan contoh dan arahan yang baik. Misalnya terkait dengan pemenuhan kebutuhan. Kelak jika menjadi orang tua, maka pada dekade pertama orang tua harus mengupayakan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan yang baik. Kebutuhan yaaa, bukan keinginan. Alangkah baiknya jika semua kebutuhan tersebut dihubungkan dengan sesuatu yang mendekatkan pada Allah SWT. Contohnya: membelikan buku bacaan. Nah bisa toh dibelikan buku bacaan tentang mengenal para sahabat Rasulullah SAW, kisah nabi, atau apapun yang mendekatkan IMTAQ anak. Atau bisa membelikan MP3 yang berisi asmaul husna, murottal, sholawat, dan lain-lain. Infonya, Indonesia merupakan negara yang memiliki hafidz cilik terbanyak di dunia. (Arab-pun kalah gess). Kan yaa Subhanallah kalo keturunan kita kelak bisa dibentuk dengan pribadi yang se-Masyaallah begitu.
Kok ribet banget sih? Kenapa kudu gitu?
Ya, karena pada fase ini anak akan bisa belajar dengan cepat (cenderung mudah menirukan orang-orang di sekitarnya). Anak-anak memang se-badai itu, mereka bisa belajar/mengidentifikasi banyak hal dengan cepat. Kadang suka banget menanyakan hal-hal yang receh. Misalnya: Kenapa kok batu warnanya hitam dan keras? Rumah itu apa? Kenapa itu disebut pohon? Kenapa xxx adek (perempuan), dan punya kakak (laki-laki) berbeda bentuk? Kenapa gula rasanya manis? Kenapa kalo jatuh kok sakit? Adek bayi lahirnya darimana? dan pertanyaan gokil lainnya.
Jika kamu menjadi orang tua yang malpraktik/ngga siap pasti kamu akan menjawab
“Ssssttt, jangan banyak tanya! Besok kalo udah gede tau sendiri!” atau justru “Hus, nanyak apa ae seh? Nggak ilok!”
Nah, jawaban semacam itu tidak benar. Bahkan akan melukai hati seorang anak. Kita semua harus paham bahwa di fase ini anak-anak memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Yang mereka butuhkan adalah jawaban yang CEPAT, TEPAT, dan ILMIAH. Jangan memberikan contoh yang aneh-aneh. Ingat! CEPAT, TEPAT, dan ILMIAH. Jika belum siap, akan lebih bijak jika disiapkan dari sekarang. Soalnya, bahaya juga kalo anak justru tanya/mencari jawaban ke orang lain, padahal kemungkinan besar jawabannya melenceng/ndak sesuai.
 Contoh yang salah 1:
Ada ibu-ibu yang perfeksionis banget dan jaim nya tuh luar biasa masyaallah wkwkwk. Ketika ibu itu lagi arisan, sang anaknya ngomong “Ma, aku kebelet pipis”. Nah, anak itu dimarahi “Kamu kalo mau pipis jangan bilang gitu, nggak sopan!”. Sang anak diminta “Kalo kebelet pipis bilang aja, Ma! adek pengen nyanyi”.
Suatu ketika di acara arisan lainnya anak tsb kebelet pipis dan bilang mau nyanyi. It’s okay ibunya paham. Tapi di waktu yang lain, in case sang anak nginep di rumah neneknya. Malem-malem kebelet pipis dan bilang “Nek, aku pengen nyanyi”. Yaaa kali, nenek nya bingung, masa iya malem-malem mau nyanyi? Trus dijawab sama neneknya “Jangan nyanyi malam-malam Nak, sekarang waktunya tidur”. Anak itu ngejawab “Aku pokonya mau nyanyi sekarang Nek”. Trus neneknya pasrah “Yaudah sini nyanyi pelan-pelan di telinga nenek”.
Can you imagine what’s happened next?
Contoh yang salah 2:
Kenapa xxx adek (perempuan), dan punya kakak (laki-laki) berbeda bentuk?
Jawaban tidak tepat (umumnya): Iya, soalnya kalo punya kakak itu burung, kalo punya adek itu bulan.
Nahhh jawaban semacam ini ngga edukatif banget. Mungkin pinginnya ngasih analogi yang terkesan sopan, tapi kalo begini justru ngga tepat. Lah trus, gimana nge-jelasinnya?
Ya memang semua ini butuh belajar. Intuisi untuk memilih bahasa yang ilmiah itu butuh kebiasaan, ndak bisa suddenly bagai lampu yang menyala diatas kepala. Semuanya perlu pembiasaan diri.
Jawaban lebih tepat: Iya Nak, kalo punya kakak sama seperti Ayah karena kakak kan laki-laki. Kalo adek sama seperti ibu soalnya adek perempuan. Keduanya itu aurat Nak. Kalo disebut aurat, berarti harus ditutup, dilindungi, dan dijaga.  
Gimana? Lebih logis kan? Ini juga lebih konkret. Poinnya ada pada CEPAT, TEPAT, dan ILMIAH. Sekiranya itu sederhana, edukatif, dan mudah dimengerti oleh anak-anak.
Fase Identifikasi Diri
Dalam fase ini, anak membutuhkan figure yang lengkap dan teladan yang baik. Sadari bahwa “Anak sering meniru perilaku orang dewasa”. Mulai dari tutur kata, kebiasaan, dan pola pikir. Sebagai madrasah pertama bagi anak-anak, wanita harus belajar sedini mungkin untuk bertutur kata yang baik, membiasakan diri untuk melakukan aktivitas yang baik, dan berpikir terbuka sesuai dengan perkembangan jaman (no kaku-kaku kleb). Namanya figure yang lengkap, maka tidak hanya wanita saja, akan tetapi juga laki-laki memiliki peran yang sama pentingnya dalam mengidentifikasi diri anak. That’s why I said, kalo materi kajian ini bisa dibaca semua kalangan baik pria atau wanita wkwkwk.
Fyi. Di Al-Qur’an ada 17 ayat yang membahas tentang parenting. Lebih dominan bahwa Pendidikan itu yang memberikan Ayah, Ibu, dan kolaborasi keduanya. Next time aku mau juga nulis ginian. Insyaallah.
DEKADE KEDUA (10 tahun kedua)
Aku yakin, kalian yang membaca tulisan ini sedang berada di dekade kedua alias usia 20-an. Nah, dalam 10 tahun kedua seharusnya sudah:
Bisa memasuki usia baligh: sudah bisa membedakan mana yang baik untuk dirinya dan masa depannya, sudah harus bisa mengambil keputusan terbaik untuk hidupnya. Contoh: mau kuliah dimana, jurusan apa, besok kerja apa, trus hobi yang perlu dikembangkan apa, dll.
Belajar menjalankan tugas: sudah mulai menyadari tanggung jawab sebagai anak. Contoh sederhananya yaa nyuci baju sendiri. Trus yaa segala sesuatu yang berhubungan dengan diri sendiri sudah bisa mulai handle (No menye-menye kleb).
Mulai memahami hukum-hukum syariat, sosial, dan kemasyarakatan: Kalo pas dekade pertama masih dikenalkan oleh orang tua, maka pada dekade kedua tinggal memperdalam lagi. Sekiranya apa yang masih belum tahu yaa dicari tahu sendiri. Dengan syarat, tidak keluar dari jalur. Misalnya bisa membaca buku-buku, mengikuti kajian Muslimah ODOJ (One day one juz) Surabaya wkwkwk, atau bisa juga dari tausyiah-tausyiah. Intinya, ketika belajar (apapun) wajib menyalakan filter. Harus bener-bener menyaring informasi yang diperoleh. Artinya, sudah sangat tidak usum menerima seluruh informasi secara mentah-mentah tanpa mengkaji. Jadi harus pandai mengolah informasi, kalo sekiranya ngga cocok dengan apa yang kita yakini (Al-Qur’an dan hadits) yaa disikapi dengan bijaksana aja (santuy, ngga usa nge-gas). Pokonya harus seimbang antara belajar agama, sosial, dan kemasyarakatan. Kalo kata anak akuntansi mah Everything should be balance”.
Membentuk peer group: Minimal punya lingkungan yang baik dulu. Pada dasarnya segala sesuatu yang terjadi balik lagi ke-manusianya. Kadang pola asuhnya udah bener, lingkungan keluarga udah oke, tapi lingkungannya ngga mendukung.
Boleh banget berteman dengan siapapun dengan latar belakang apapaun. Yang tidak boleh itu sampe katut-katutan wkwkwk atau mudah terpengaruh. Kalo pondasinya kuat yaa ga masalah. Mau berteman dengan siapapun? yaa oke aja. Tapi kalo pondasinya belum kuat, mending main aman aja. Caranya gimana? Bentuk positive circumstance. Katanya, teman/pasangan yang baik itu adalah yang bisa mendekatkan ketaatan kita pada Allah. Kalo semakin menjauhkan, wahh tanda tanya tuh (Yakin itu yang terbaik?)
Kalo aku pribadi tipe orang yang suka berteman dengan siapapun. Semacam prinsip ala-ala kali ya? “Siapapun adalah guru dan dimanapun adalah sekolah”. Tapi yaa begitu, ada tingkatan dalam berteman. Ngga semuanya bisa akses privasi, artinya yaa tetep membatasi diri pada hal-hal yang dianggap wajar dan tidak wajar. Itu semua relatif yaa, setiap orang punya standar pertemanan yang berbeda-beda. Sejauh masih positif yaa harusnya ngga ada masalah.
DEKADE KETIGA (10 tahun ketiga)
 “Duh, gaenak yaa jadi perempuan? Enakan jadi laki-laki. Perempuan tuh ribet! Belum lagi tiap bulan harus ngalamin sakit karena haid. Ntar kalo sudah menikah juga buanyaakk banget kerjaannya (mulai dari bersih-bersih, masak, ngurus, anak, dll. Belum lagi kalo jadi wanita karir), trus kalo abis ngelahirin juga sakit semua. Duh! Enakan jadi laki-laki. Sakitnya cuman sekali pas khitan.”
Pernah ngga sih denger/sempat kepikiran hal semacam itu? Hahaha jujur aja, aku dulu pernah berpikir betapa melelahkannya menjadi perempuan. Tapi, keluhan itu sudah terjawab ketika aku duduk di bangku SMK. Pasalnya, Ibuku tercinta memberikan aku pengarahan betapa mulianya seorang wanita (waktu itu diceritain tentang surah Maryam). Ditambah lagi kajian hari ini yang membuatku sangat amat bersyukur lahir sebagai anak perempuan hihihi.
Sama dengan prinsip investasi “HIGH RISK HIGH RETURN”. Pasti kalian sudah tidak asing dengan statement yang menjelaskan bahwa yang paling mudah masuk kedalam surganya Allah adalah WANITA, akan tetapi yang paling banyak masuk neraka juga WANITA.
Menjadi seorang wanita emang susah, terlebih karena ngga ada kampus yang menyediakan fakultas istri dan jurusan menjadi ibu yang baik wkwkwkw. Maka dari itu, kita diminta untuk mentadaburi (belajar memahami) isi Al-Quran. Caranya gimana? Bisa belajar bareng, baca sendiri buku tafsir, atau ikut ngaji tafsir.
 Dibalik susah pasti ada mudah, dibaliknya lagi pasti ada istimewa ~apaan se???????? wkwkwkw
Berikut adalah Istimewanya wanita dalam islam. Al-hadits:
“Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah WANITA SHOLIHAH”
Ingat juga bahwa di dalam surah An-Nur ayat 32 ada beberapa kriteria perempuan idaman:
Kalo milih wajah? Yaa lambat laun akan menua/buruk. Kecuali biaya perawatannya masuk RAB-RT. Kalo milih  harta? Yaa bisa jatuh miskin. Kalo milih nasab/keturunan? Someday juga bakal ada aja aib-aib yang terbongkar. Nahhhh, sebaik-baiknya kriteria adalah yang baik agamanya.
Trus Gimana? Sudah sejauh mana usaha menjadi perhiasan? masih on going yaa? Semangat!
Suka perhiasan mah boleh aja, tapi sadarilah bahwa sesungguhnya perhiasaan itu yaa diri kita sendiri. Kalo ngga salah, itu tuh namanya inner byuti :D tanpa skinker yang ngebuat glowing-pun, kalo sholihah auranya tetep terpancar wkwkwkw. Never stop learning.
“Doa wanita lebih makbul daripada pria. Ibu (wanita) lebih penyayang daripada ayah (pria) dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”
Jangan sia-siakan hari tanpa doa. Yok melangitkan doa setiap saat, karena kita juga ndak akan pernah tahu doa yang mana yang akan diijabah oleh Allah SWT.
Surga dibawah telapak kaki Ibu. Tanya sahabat kepada Nabi “Kepada siapa aku harus berbakti terlebih dahulu ya Rasul?” Jawab Nabi “Ibumu”. Bertanya lagi sahabat tersebut, dan dijawab oleh nabi “Ibumu”. Bertanya sekali lagi, dijawab lagi “Ibumu”
Jika perempuan menikah, maka surganya bukan lagi Ibu melainkan ridho suami. Namun, jika laki-laki menikah, maka sampai kapanpun surganya adalah Ibundanya. Kadang aku juga bingung, kenapa ada istilah menantu bersaing dengan mertua perempuan? Sampe kebacut ada taneman yang Namanya lidah mertua (dah gitu daunnya luwincip-lincip gitu wkwkwkw). Mungkinkah ini terjadi karena minimnya kesadaran? Ya, kesadaran bahwa Ibu dari laki-laki sudah membesarkan puteranya dari kecil sampai dewasa. Tidak hanya itu, tapi juga sudah sampai sarjana atau bahkan sudah mapan, namun dengan siapa laki-laki tersebut menghabiskan sisa waktunya? Ya! Tidak lain adalah bersama dengan kita (para wanita).
Loh, tapi kan aku juga dibesarin sama ibuku dari kecil? tapi kenapa surgaku pindah ke ridho suami? Baca ini dah, aku ngutip langsung dari Muslim.or.id
Ada hadits dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kuncinya cuman taat (tapi ini yaa ngga mudah. Butuh sabar dan syukur). Taat yang dimaksud yaa taat untuk hal-hal kebaikan yaa, kalo disuruh bom bunuh diri kayak yang di tipi tipi yaaa jangan dong. Taulah yaa kalo itu banyak mudharatnya. Big No! “Sesungguhnya ketaatan hanya pada perkara yang baik”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Kalo ini dari Muslimah.or.id Semua khidmat istri kepada suami merupakan amalan pembuka kebahagiaan abadi. Selayaknya kaum wanita gembira menyambut janji Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا؛ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَائَتْ
Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktu, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, niscaya dia akan masuk surga dari pintu-pintu surga yang dia sukai.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 1661, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 4151, dihasankan al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 1931)
Kalo Allah yang janji? Udah pasti benar! Jadi yasudah, mau apa lagi kalo ndak BERIMAN?
Bersahabatlah dengan ibu mertua wkwkwk padahal juga I don’t really know how it’s feel like. Yaa teorinya begitu, tinggal prakteknya aja ntar gimana. Yang penting paham dulu.  Kalo ngga paham trus ujuk-ujuk praktek kok yaa nanti jadinya malpraktik. ~Hilih.
Sebenernya, menurutku kurang kena’ sih di pembahasan dekade ketiga ini (dikarenakan waktu yang terbatas). Jadi, aku cuman bisa njelasin segini dulu. Tadi sempet ada pertanyaan, karena pertanyaannya berbobot bolehlah kutulis disini sekalian.
QNA
Pertanyaan 1: Udah nikah 7 bulan, tapi banyak hal yang ngga cocok kayak ada perasaan “Loh, kok gini?” mungkin yang dimaksud lebih kepada banyak hal yang ngga sesuai dengan ekspektasinya.
Jawaban ustadzah: Tidak akan pernah bisa cocok 100% karena memang menikah itu menyatukan dua orang yang sangat berbeda (pola asuh, pemikiran, kebiasaan, latar belakang dll.). Ustadzah sendiri sudah 30 tahun usia pernikahan  yaa masih terus menyesuaikan diri. Terus melakukan PDKT karena manusia itu mudah berubah.
Tambahan dariku: Dulu pas aku ikut kajian apaa dah lupa Namanya wkwkwk. Itu dibilang kalo menikah itu ndak boleh berkeskpektasi. Makanya, paradigma punya kehidupan rumah tangga bak drama korea harus dihilangkan jauh-jauh. Yang perlu diperhatikan hanya stok sabar yang unlimited. Ketika muncul tanda-tanda berkurangnya tingkat kualitas dan kuantitas ketaatan seorang istri kepada suaminya, maka yang perlu dilakukan adalah mempererat kesabaran dan mengedepankan rasa syukur. Mengelola emosi dengan bijak serta menahan diri dari perkara-perkara yang dibenci. Wkwkwkw ~Asli sotoy.
 Pertanyaan 2: Kalo ibu lagi sakit, mana yang harus diproritaskan? Anak-anak? Suami? Atau Ibu?
Jawaban Ustadzah (seingetku): Semuanya adalah prioritas. Jadi kalo Ibu anda sakit, yaa ajak anak-anak untuk ikut merawat neneknya (mungkin sedikit ribet), tapi disitulah nilainya. Sembari merawat ibu yang sakit, sambil mengajarkan kepada anak-anak bagaimana kelak jika mereka sudah menikah dan anda yang sakit. Ajak mereka untuk peduli, didik melalui tindakan yang nyata. Jangan lupa minta ijin suami. Bikin MOU diawal pernikahan untuk hal-hal semacam ini.
Alhamdulillaaaaaaaaaaah, ya allah ini first time aku datang kajian dan langsung nulis Panjang lebar begini. Kayaknya ini juga bakal jadi postingan terpanjang yang pernah aku tulis di blog wkwkwk. Monmaap jika ada salah-salah kata/typo/kurang mantul dihati teman-teman sekalian. Semoga berfaedah. Kedepannya, jangan hanya baca yaa, kalo bisa ikutan sekalian biar punya positive circumstance. Terimakasih sudah berkenan membaca.
Wassalaa’mualaikum… 
Ditulis olehku, wabil khusus untuk teman-teman yang haus ilmu tapi berhalangan hadir ke kajian.
~Selfiana Hanafi.
Big thanks to ODOJ Surabaya for invited
Speaker: Ustadzah Andham Asih (Direktur Al Uswah Surabaya, & Narasumber “Embun Pagi” JTV)
Location: Masjid Baitul Haq Kejaksaan, Surabaya.

0 komentar:

Posting Komentar