Assalaamu’alaikum…
Kemarin, Ahad 15 Muharram 1441
(Minggu, 15 September 2019) aku mengikuti kajian muslimah. Sebelumnya aku sudah membuat polling ala-ala. Alhamdulillah, aku seneeeeng banget karena dari
1.2k followers di akun instagramku, ada sekitar 90 orang yang ikut voted
(laki-laki dan perempuan). Terimakasih untuk 90 orang yang merespon polling secara aktif. Semoga Allah
selalu menjaga semangatmu untuk menimba ilmu ~eaaak.
Apakah kamu salah satunya yang voted
agar aku nulis hasil kajianku pagi ini di blog?
Selamat! aku akhirnya nulis di blog
hehehe. Seneng juga karena banyak yang voted supaya aku nulis di blog. Ini
pertanda bahwa minat baca teman-temanku tinggi-tinggi setinggi gunung Himalaya
dan semeru yang ada di puncak jawa wkwkwk. Sebenernya aku juga lebih nyaman
nge-blog (nyaman is namber wan), soalnya kalo di blog aku lebih leluasa untuk
menjlentrehkan apapun. Otomatis info yang teman-teman dapatkan juga ngga
setengah-setengah. Totalitas tanpa batas ~Hilih.
Alasan nulis ginian tidak lain karena
aku sadar bahwa “Kita semua tidak bisa
menjadi baik seorang diri”. Aku membutuhkan teman-teman supaya apa yang aku
pelajari, apa yang aku tulis, dan apa yang aku dengar bisa menjadi butiran pahala.
Yang mungkin itu bakal disukai sama Allah ta’ala sehingga bisa menarikku ke
surga. Untuk tulisan, aku menjelaskannya sesuai dengan apa yang aku dengar dan
apa yang aku catat. Semoga kalian berkenan membaca hingga akhir ben ndak
salah paham dong.
Selain materinya bagus bangeettt,
kayaknya ngga adil aja gitu kalo cuman aku yang tahu. Semoga ini bisa menjadi
komitmenku untuk aktif hadir di kajian dan langsung menuliskannya agar bisa
bermanfaat ke lebih banyak orang. ~Aamiin.
Kajian hari ini ngebahas soal wanita
dalam 3 dekade. Meanwhile, wanita
emang selalu menarik. Bukan karena keribetan dandannya yaaa. Akan tetapi lebih
kepada bagaimana istimewanya Islam menghargai seorang perempuan. Bahkan
Rasulullah SAW pernah menjawab 3 kali untuk menghormati seorang ibu barulah
yang keempat adalah bapak wkwkwk. Aku juga bersyukur ketika yang voted juga ada
yang cowok, soalnya menurutku ini juga penting diketahui oleh para kaum Adam. ~Adamsari
Berikut materinya …
DEKADE PERTAMA (10 tahun pertama dalam hidup)
Dekade pertama merupakan pondasi untuk
dekade berikutnya. Oleh karena itu, masa 10 tahun pertama bisa dibilang “yang terpenting” untuk membentuk
bagaimana kamu kedepannya. Ga salah jika ada istilah yang mengatakan bahwa
karakter anak itu harus dibentuk sejak golden
age (0-5 tahun). Bahkan, dalam Islam dikatakan bahwa kepribadian seorang
anak itu sudah terkonsepsi sejak kita memilih pasangan. Kaget kan? Ya! Aku
jugak btw.
Bayangin, kepribadian anak kita sudah
terkonsep sejak kita milih pasangan. Lhaa kalo pasangan awut-awutan kan kasian
dong konsep kepribadian anak kita kelak? Huwwww. Makanya aku merumuskan sebuah quote “Simpan baik-baik hatimu, karena dia belum tentu jodohmu” hahaha
bijaksana mendadak. ~oposiiiii :D
Lanjut!
Di 10 tahun pertama, tiap orang akan mengalami
beberapa fase perkembangan:
Fase Pembentukan Kepribadian
Dalam hal ini, sesungguhnya manusia
baik pria/wanita masih dalam kondisi fitrah/suci/islam. Artinya, manusia masih lemah/ketergantungan
dengan orangtuanya. Kalo kata orang jawa “Opo jare wong tuwo”. Contohnya: masuk
sekolah PAUD-TK, pasti dipilihin sama orangtua. Begitu pula dengan tempat ngaji
atau kegiatan lain yang diikuti. Semua masih tergantung dari pola asuh orang
tuanya. Rada’ otonom sih, tapi memang begitulah adanya. Masa iya TK udah milih
sendiri mau TK di singapurrrr gitu? Kan yaa ndak. Manut, pilihan orangtua~
Pada fase ini, anak sudah seharusnya
dikenalkan dengan nilai-nilai keislaman. Mulai dari mengenalkan cinta kepada
Allah dan Rasulullah SAW, mengajarkan doa-doa harian, menjelaskan mengapa
wanita dalam islam harus berjilbab, dikenalkan dengan hukum islam, fiqh
muamalah, dan fiqh wanita. Misalnya, mulai dikenalkan apa itu hadas kecil dan
hadas besar, apa itu najis, bagaimana cara bersuci yang benar, dsb. Sehingga
ketika memasuki masa baligh, anak
tidak lagi mengalami kesulitan dalam melaksanakan ibadah. Pokonya mulai
dipahamkan dengan norma-norma sosial dan moral ~Mantap betul.
Fase mengembangkan segala potensi
Seorang anak sudah selayaknya diberikan
kebebasan berekspresi, namun tetap harus diberikan contoh dan arahan yang baik.
Misalnya terkait dengan pemenuhan kebutuhan. Kelak jika menjadi orang tua, maka
pada dekade pertama orang tua harus mengupayakan untuk memberikan pemenuhan
kebutuhan yang baik. Kebutuhan yaaa, bukan keinginan.
Alangkah baiknya jika semua kebutuhan tersebut dihubungkan dengan sesuatu yang
mendekatkan pada Allah SWT. Contohnya: membelikan buku bacaan. Nah bisa toh
dibelikan buku bacaan tentang mengenal para sahabat Rasulullah SAW, kisah nabi,
atau apapun yang mendekatkan IMTAQ anak. Atau bisa membelikan MP3 yang berisi
asmaul husna, murottal, sholawat, dan lain-lain. Infonya, Indonesia merupakan
negara yang memiliki hafidz cilik terbanyak di dunia. (Arab-pun kalah gess). Kan
yaa Subhanallah kalo keturunan kita kelak bisa dibentuk dengan pribadi yang
se-Masyaallah begitu.
Kok ribet banget sih? Kenapa kudu
gitu?
Ya, karena pada fase ini anak akan
bisa belajar dengan cepat (cenderung mudah menirukan orang-orang di sekitarnya).
Anak-anak memang se-badai itu, mereka bisa belajar/mengidentifikasi banyak hal
dengan cepat. Kadang suka banget menanyakan hal-hal yang receh. Misalnya:
Kenapa kok batu warnanya hitam dan keras? Rumah itu apa? Kenapa itu disebut
pohon? Kenapa xxx adek (perempuan), dan punya kakak (laki-laki) berbeda bentuk?
Kenapa gula rasanya manis? Kenapa kalo jatuh kok sakit? Adek bayi lahirnya
darimana? dan pertanyaan gokil lainnya.
Jika kamu menjadi orang tua yang
malpraktik/ngga siap pasti kamu akan menjawab
“Ssssttt, jangan banyak tanya! Besok
kalo udah gede tau sendiri!” atau justru “Hus, nanyak apa ae seh? Nggak ilok!”
Nah, jawaban semacam itu tidak benar.
Bahkan akan melukai hati seorang anak. Kita semua harus paham bahwa di fase ini
anak-anak memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Yang mereka butuhkan
adalah jawaban yang CEPAT, TEPAT, dan
ILMIAH. Jangan memberikan contoh yang aneh-aneh. Ingat! CEPAT, TEPAT, dan ILMIAH. Jika belum
siap, akan lebih bijak jika disiapkan dari sekarang. Soalnya, bahaya juga kalo
anak justru tanya/mencari jawaban ke orang lain, padahal kemungkinan besar
jawabannya melenceng/ndak sesuai.
Contoh yang salah 1:
Ada ibu-ibu yang perfeksionis banget
dan jaim nya tuh luar biasa masyaallah wkwkwk. Ketika ibu itu lagi arisan, sang
anaknya ngomong “Ma, aku kebelet pipis”. Nah, anak itu dimarahi “Kamu kalo mau
pipis jangan bilang gitu, nggak sopan!”. Sang anak diminta “Kalo kebelet pipis
bilang aja, Ma! adek pengen nyanyi”.
Suatu ketika di acara arisan lainnya
anak tsb kebelet pipis dan bilang mau nyanyi. It’s okay ibunya paham. Tapi di waktu yang lain, in case sang anak nginep di rumah
neneknya. Malem-malem kebelet pipis dan bilang “Nek, aku pengen nyanyi”. Yaaa
kali, nenek nya bingung, masa iya malem-malem mau nyanyi? Trus dijawab sama
neneknya “Jangan nyanyi malam-malam Nak, sekarang waktunya tidur”. Anak itu
ngejawab “Aku pokonya mau nyanyi sekarang Nek”. Trus neneknya pasrah “Yaudah
sini nyanyi pelan-pelan di telinga nenek”.
Can
you imagine what’s happened next?
Contoh yang salah 2:
Kenapa xxx adek (perempuan), dan punya
kakak (laki-laki) berbeda bentuk?
Jawaban
tidak tepat (umumnya): Iya, soalnya kalo punya kakak itu
burung, kalo punya adek itu bulan.
Nahhh jawaban semacam ini ngga
edukatif banget. Mungkin pinginnya ngasih analogi yang terkesan sopan, tapi
kalo begini justru ngga tepat. Lah trus, gimana nge-jelasinnya?
Ya memang semua ini butuh belajar. Intuisi
untuk memilih bahasa yang ilmiah itu butuh kebiasaan, ndak bisa suddenly bagai lampu yang menyala diatas
kepala. Semuanya perlu pembiasaan diri.
Jawaban
lebih tepat:
Iya Nak, kalo punya kakak sama seperti Ayah karena kakak kan laki-laki.
Kalo adek sama seperti ibu soalnya adek perempuan. Keduanya itu aurat Nak. Kalo
disebut aurat, berarti harus ditutup, dilindungi, dan dijaga.
Gimana? Lebih logis kan? Ini juga
lebih konkret. Poinnya ada pada CEPAT,
TEPAT, dan ILMIAH. Sekiranya itu sederhana, edukatif, dan mudah dimengerti
oleh anak-anak.
Fase Identifikasi Diri
Dalam fase ini, anak membutuhkan
figure yang lengkap dan teladan yang baik. Sadari bahwa “Anak sering meniru perilaku orang dewasa”. Mulai dari tutur kata,
kebiasaan, dan pola pikir. Sebagai madrasah pertama bagi anak-anak, wanita
harus belajar sedini mungkin untuk bertutur kata yang baik, membiasakan diri
untuk melakukan aktivitas yang baik, dan berpikir terbuka sesuai dengan
perkembangan jaman (no kaku-kaku kleb). Namanya figure yang lengkap, maka tidak
hanya wanita saja, akan tetapi juga laki-laki memiliki peran yang sama
pentingnya dalam mengidentifikasi diri anak. That’s why I said, kalo materi kajian ini bisa dibaca semua
kalangan baik pria atau wanita wkwkwk.
Fyi. Di Al-Qur’an ada 17 ayat yang
membahas tentang parenting. Lebih dominan bahwa Pendidikan itu yang memberikan
Ayah, Ibu, dan kolaborasi keduanya. Next
time aku mau juga nulis ginian. Insyaallah.
DEKADE KEDUA (10 tahun kedua)
Aku yakin, kalian yang membaca tulisan
ini sedang berada di dekade kedua alias usia 20-an. Nah, dalam 10 tahun kedua seharusnya
sudah:
Bisa memasuki usia baligh: sudah
bisa membedakan mana yang baik untuk dirinya dan masa depannya, sudah harus
bisa mengambil keputusan terbaik untuk hidupnya. Contoh: mau kuliah dimana,
jurusan apa, besok kerja apa, trus hobi yang perlu dikembangkan apa, dll.
Belajar menjalankan tugas: sudah
mulai menyadari tanggung jawab sebagai anak. Contoh sederhananya yaa nyuci baju
sendiri. Trus yaa segala sesuatu yang berhubungan dengan diri sendiri sudah
bisa mulai handle (No menye-menye
kleb).
Mulai memahami hukum-hukum syariat, sosial, dan kemasyarakatan:
Kalo pas dekade pertama masih dikenalkan oleh orang tua, maka pada dekade kedua
tinggal memperdalam lagi. Sekiranya apa yang masih belum tahu yaa dicari tahu
sendiri. Dengan syarat, tidak keluar dari jalur. Misalnya bisa membaca
buku-buku, mengikuti kajian Muslimah ODOJ (One
day one juz) Surabaya wkwkwk, atau bisa juga dari tausyiah-tausyiah.
Intinya, ketika belajar (apapun) wajib menyalakan filter. Harus bener-bener
menyaring informasi yang diperoleh. Artinya, sudah sangat tidak usum menerima
seluruh informasi secara mentah-mentah tanpa mengkaji. Jadi harus pandai
mengolah informasi, kalo sekiranya ngga cocok dengan apa yang kita yakini
(Al-Qur’an dan hadits) yaa disikapi dengan bijaksana aja (santuy, ngga usa
nge-gas). Pokonya harus seimbang antara belajar agama, sosial, dan
kemasyarakatan. Kalo kata anak akuntansi mah “Everything should be balance”.
Membentuk peer group:
Minimal punya lingkungan yang baik dulu. Pada dasarnya segala sesuatu yang
terjadi balik lagi ke-manusianya. Kadang pola asuhnya udah bener, lingkungan
keluarga udah oke, tapi lingkungannya ngga mendukung.
Boleh banget berteman dengan siapapun
dengan latar belakang apapaun. Yang tidak boleh itu sampe katut-katutan wkwkwk
atau mudah terpengaruh. Kalo pondasinya kuat yaa ga masalah. Mau berteman
dengan siapapun? yaa oke aja. Tapi kalo pondasinya belum kuat, mending main aman
aja. Caranya gimana? Bentuk positive
circumstance. Katanya, teman/pasangan yang baik itu adalah yang bisa
mendekatkan ketaatan kita pada Allah. Kalo semakin menjauhkan, wahh tanda tanya
tuh (Yakin itu yang terbaik?)
Kalo aku pribadi tipe orang yang suka
berteman dengan siapapun. Semacam prinsip ala-ala kali ya? “Siapapun adalah guru dan dimanapun adalah sekolah”. Tapi yaa
begitu, ada tingkatan dalam berteman. Ngga semuanya bisa akses privasi, artinya
yaa tetep membatasi diri pada hal-hal yang dianggap wajar dan tidak wajar. Itu
semua relatif yaa, setiap orang punya standar pertemanan yang berbeda-beda.
Sejauh masih positif yaa harusnya ngga ada masalah.
DEKADE KETIGA (10 tahun ketiga)
“Duh, gaenak yaa jadi perempuan? Enakan jadi
laki-laki. Perempuan tuh ribet! Belum lagi tiap bulan harus ngalamin sakit
karena haid. Ntar kalo sudah menikah
juga buanyaakk banget kerjaannya (mulai dari bersih-bersih, masak, ngurus,
anak, dll. Belum lagi kalo jadi wanita karir), trus kalo abis ngelahirin juga
sakit semua. Duh! Enakan jadi laki-laki. Sakitnya cuman sekali pas khitan.”
Pernah ngga sih denger/sempat kepikiran
hal semacam itu? Hahaha jujur aja, aku dulu pernah berpikir betapa
melelahkannya menjadi perempuan. Tapi, keluhan itu sudah terjawab ketika aku
duduk di bangku SMK. Pasalnya, Ibuku tercinta memberikan aku pengarahan betapa
mulianya seorang wanita (waktu itu diceritain tentang surah Maryam). Ditambah
lagi kajian hari ini yang membuatku sangat amat bersyukur lahir sebagai anak
perempuan hihihi.
Sama dengan prinsip investasi “HIGH RISK HIGH RETURN”. Pasti kalian
sudah tidak asing dengan statement yang
menjelaskan bahwa yang paling mudah masuk kedalam surganya Allah adalah WANITA,
akan tetapi yang paling banyak masuk neraka juga WANITA.
Menjadi seorang wanita emang susah,
terlebih karena ngga ada kampus yang menyediakan fakultas istri dan jurusan
menjadi ibu yang baik wkwkwkw. Maka dari itu, kita diminta untuk mentadaburi
(belajar memahami) isi Al-Quran. Caranya gimana? Bisa belajar bareng, baca
sendiri buku tafsir, atau ikut ngaji tafsir.
Dibalik susah pasti ada mudah, dibaliknya lagi
pasti ada istimewa ~apaan se???????? wkwkwkw
Berikut adalah Istimewanya wanita
dalam islam. Al-hadits:
“Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah WANITA
SHOLIHAH”
Ingat juga bahwa di dalam surah An-Nur
ayat 32 ada beberapa kriteria perempuan idaman:
Kalo milih wajah? Yaa lambat laun akan
menua/buruk. Kecuali biaya perawatannya masuk RAB-RT. Kalo milih harta? Yaa bisa jatuh miskin. Kalo milih
nasab/keturunan? Someday juga bakal
ada aja aib-aib yang terbongkar. Nahhhh, sebaik-baiknya kriteria adalah yang
baik agamanya.
Trus Gimana? Sudah sejauh mana usaha
menjadi perhiasan? masih on going
yaa? Semangat!
Suka perhiasan mah boleh aja, tapi
sadarilah bahwa sesungguhnya perhiasaan itu yaa diri kita sendiri. Kalo ngga
salah, itu tuh namanya inner byuti :D tanpa skinker yang ngebuat glowing-pun,
kalo sholihah auranya tetep terpancar wkwkwkw. Never stop learning.
“Doa wanita lebih makbul daripada pria. Ibu (wanita) lebih
penyayang daripada ayah (pria) dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”
Jangan sia-siakan hari tanpa doa. Yok
melangitkan doa setiap saat, karena kita juga ndak akan pernah tahu doa yang
mana yang akan diijabah oleh Allah SWT.
Surga dibawah telapak kaki Ibu. Tanya sahabat kepada Nabi “Kepada
siapa aku harus berbakti terlebih dahulu ya Rasul?” Jawab Nabi “Ibumu”.
Bertanya lagi sahabat tersebut, dan dijawab oleh nabi “Ibumu”. Bertanya sekali
lagi, dijawab lagi “Ibumu”
Jika perempuan menikah, maka surganya
bukan lagi Ibu melainkan ridho suami. Namun, jika laki-laki menikah, maka
sampai kapanpun surganya adalah Ibundanya. Kadang aku juga bingung, kenapa ada
istilah menantu bersaing dengan mertua perempuan? Sampe kebacut ada taneman
yang Namanya lidah mertua (dah gitu daunnya luwincip-lincip gitu wkwkwkw). Mungkinkah
ini terjadi karena minimnya kesadaran? Ya, kesadaran bahwa Ibu dari laki-laki
sudah membesarkan puteranya dari kecil sampai dewasa. Tidak hanya itu, tapi juga
sudah sampai sarjana atau bahkan sudah mapan, namun dengan siapa laki-laki
tersebut menghabiskan sisa waktunya? Ya! Tidak lain adalah bersama dengan kita
(para wanita).
Loh, tapi kan aku juga dibesarin sama ibuku dari kecil? tapi
kenapa surgaku pindah ke ridho suami? Baca ini dah, aku ngutip langsung dari
Muslim.or.id
Ada hadits dari
‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ
الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ
زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ
شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu
menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta
betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada
suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah
dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191
dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Kuncinya cuman taat (tapi ini yaa ngga
mudah. Butuh sabar dan syukur). Taat yang dimaksud yaa taat untuk hal-hal
kebaikan yaa, kalo disuruh bom bunuh diri kayak yang di tipi tipi yaaa jangan
dong. Taulah yaa kalo itu banyak mudharatnya. Big No! “Sesungguhnya
ketaatan hanya pada perkara yang baik”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Kalo ini dari Muslimah.or.id Semua
khidmat istri kepada suami merupakan amalan pembuka kebahagiaan abadi.
Selayaknya kaum wanita gembira menyambut janji Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا،
وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا؛ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ
شَائَتْ
“Apabila seorang wanita
mengerjakan shalat lima waktu, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya,
niscaya dia akan masuk surga dari pintu-pintu surga yang dia sukai.” (HR.
Ahmad dalam Musnad-nya no. 1661, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya
no. 4151, dihasankan al-Albani dalam Shahih at-Targhib no.
1931)
Kalo Allah yang janji? Udah pasti
benar! Jadi yasudah, mau apa lagi kalo ndak BERIMAN?
Bersahabatlah dengan ibu mertua wkwkwk
padahal juga I don’t really know how it’s
feel like. Yaa teorinya begitu, tinggal prakteknya aja ntar gimana. Yang
penting paham dulu. Kalo ngga paham trus
ujuk-ujuk praktek kok yaa nanti jadinya malpraktik. ~Hilih.
Sebenernya, menurutku kurang kena’ sih
di pembahasan dekade ketiga ini (dikarenakan waktu yang terbatas). Jadi, aku
cuman bisa njelasin segini dulu. Tadi sempet ada pertanyaan, karena
pertanyaannya berbobot bolehlah kutulis disini sekalian.
QNA
Pertanyaan 1: Udah nikah 7 bulan, tapi banyak hal
yang ngga cocok kayak ada perasaan “Loh, kok gini?” mungkin yang dimaksud lebih
kepada banyak hal yang ngga sesuai dengan ekspektasinya.
Jawaban ustadzah: Tidak akan pernah
bisa cocok 100% karena memang menikah itu menyatukan dua orang yang sangat
berbeda (pola asuh, pemikiran, kebiasaan, latar belakang dll.). Ustadzah
sendiri sudah 30 tahun usia pernikahan
yaa masih terus menyesuaikan diri. Terus melakukan PDKT karena manusia itu
mudah berubah.
Tambahan dariku: Dulu pas aku ikut
kajian apaa dah lupa Namanya wkwkwk. Itu dibilang kalo menikah itu ndak boleh
berkeskpektasi. Makanya, paradigma punya kehidupan rumah tangga bak drama korea
harus dihilangkan jauh-jauh. Yang perlu diperhatikan hanya stok sabar yang
unlimited. Ketika
muncul tanda-tanda berkurangnya tingkat kualitas dan kuantitas ketaatan seorang
istri kepada suaminya, maka yang perlu dilakukan adalah mempererat kesabaran
dan mengedepankan rasa syukur. Mengelola emosi dengan bijak serta menahan diri
dari perkara-perkara yang dibenci. Wkwkwkw ~Asli sotoy.
Pertanyaan
2: Kalo ibu lagi sakit, mana yang harus diproritaskan? Anak-anak? Suami?
Atau Ibu?
Jawaban Ustadzah (seingetku): Semuanya
adalah prioritas. Jadi kalo Ibu anda sakit, yaa ajak anak-anak untuk ikut
merawat neneknya (mungkin sedikit ribet), tapi disitulah nilainya. Sembari
merawat ibu yang sakit, sambil mengajarkan kepada anak-anak bagaimana kelak
jika mereka sudah menikah dan anda yang sakit. Ajak mereka untuk peduli, didik
melalui tindakan yang nyata. Jangan lupa minta ijin suami. Bikin MOU diawal
pernikahan untuk hal-hal semacam ini.
Alhamdulillaaaaaaaaaaah, ya allah ini
first time aku datang kajian dan langsung nulis Panjang lebar begini. Kayaknya
ini juga bakal jadi postingan terpanjang yang pernah aku tulis di blog wkwkwk.
Monmaap jika ada salah-salah kata/typo/kurang mantul dihati teman-teman
sekalian. Semoga berfaedah. Kedepannya, jangan hanya baca yaa, kalo bisa ikutan
sekalian biar punya positive circumstance.
Terimakasih sudah berkenan membaca.
Wassalaa’mualaikum…
Ditulis olehku, wabil khusus untuk
teman-teman yang haus ilmu tapi berhalangan hadir ke kajian.
~Selfiana Hanafi.
Big thanks to ODOJ Surabaya for
invited
Speaker: Ustadzah Andham Asih
(Direktur Al Uswah Surabaya, & Narasumber “Embun Pagi” JTV)
Location: Masjid Baitul Haq Kejaksaan,
Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar