Rabu, 07 November 2018

Self Story: Meraih Untuk Menjadi


At first, I made this paper to take part in a competition with the theme of the process of being creative. Well, maybe the quality of this story is not good, so i just enter the top 20, hahaha. Unfortunately, only the top 10 are published. it's mean this storyhavent been published, so I just published on this blog ~ based on my personal experience.
DO YOUR BEST,  LET’S BREAK THE LIMITS !!!
Selfiana, begitulah orang memanggilku. Aku adalah seorang mahasiswa jurusan akuntansi di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia buruh angka wkwkw. Baru-baru ini aku mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa dalam dihidupku. Ya! hanya dengan menulis. My love, simak cerita berikut ini:
Allah give what you need, so dont be Argue!
Sebelum memasuki semester akhir, seluruh mahasiswa jurusan akuntansi berbondong-bondong mengisi sebuah formulir yang digunakan untuk memilih dosen pembimbing yang akan memberikan arahan ketika mengerjakan skripsi nanti. Tentunya, aku memilih dosen yang sedikit banyak mengenal dan mengatahui kemampuanku. Beliau adalah Pak Tuhardjo/Pak Tu. Selain baik hatinya, beliau merupakan dosen yang selalu menginspirasiku. Ketika mengajar beliau selalu menjelaskan seluruh materi pembelajaran secara sistematis, dan detail bangettt. Mahasiswa yang sebelumnya gak paham dan gak tau apa-apa, medadak jadi paham waktu dijelasin sama Pak Tu. Hebat sih bapak ini, karena itulah aku memilihnya sebagai dosen pembimbingku. Namun, tuhan berkata lain. Pengumuman keluar dan yaaah! aku mendapatkan dosen pembimbing yang bernama Bu Endang yang terkenal killer, susah ditemui karna jam terbangnya yang tinggi, dan dosen ini super perfeksionis. Aku galau semingguan “Gimana nanti kalo aku gak lulus-lulus? Gimana ini? Gimana dong aaaaa sedih bangettt aku” keluhku saat itu. Jujur, aku merasa sangat kecewa dengan pihak jurusan yang menentukan keputusan itu. Aku merasa iri dengan teman lain yang dibimbing oleh Pak Tu. Aku sempat menangis karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan hati ini. Feel so sad, my love.
Melihat diriku yang murung semingguan, ibu mengatakan “Westalah, udahan nak sedihnya. Kamu pernah dengar ndak? Allah itu selalu memberikan apa yang dibutuhkan hambanya, bukan sekedar yang diinginkan. Ibu yakin, kamu pasti bisa! Harus berpikir positif, sekarang coba cari sisi baiknya Bu Endang”. Meski awalnya masih ‘ngedumel’ dan tetep sok sedih, perlahan aku mulai bisa memahami apa yang dikatakan oleh Ibu. Ya! tuhan memberikan apa yang aku butuhkan. Setelah aku mencari tahu sisi baik Bu Endang, aku mendapatkan informasi bahwa dalam proses bimbingan beliau benar-benar totalitas. Selain menjadi dosen, beliau juga memiliki jabatan sebagai ketua di salah satu sub bidang lembaga pengembangan dan penelitian pendidikan kampus.
Pertama kali bimbingan, aku bertemu dengan 20 anak yang dibimbing oleh Bu Endang. Kami berkumpul untuk mendapatkan pengarahan teknis bimbingan. Melihat beliau yang begitu semangat menjelaskan, aku mencatat sedetail mungkin segala informasi pada bimbingan pertama ini. Intinya, Bu Endang ingin seluruh mahasiswa bimbingannya mengerjakan skripsi dengan unsur kebaruan dan keunikan.”Kalian cukup ajukan satu judul skripsi aja. Satu judul yang udah matang dari segi konsep dan harus dibikin se-implementatif mungkin”. Jelas Bu Endang. Hari demi hari kulewati dengan merenungkan apa yang diingikan oleh Bu Endang. Alhamdulillah, cukup dengan merenung tiga hari Allah berikan aku jawabannya.
Terimakasih Pak Cipto Wardoyo :*
 “Kenapa yaa mahasiswa selalu maunya yang gampang-gampang?, mbok yaa sekali-kali skripsinya dikerjakan pake rancangan penelitian Solomon Four Group Design” Sindir Pak Cipto ketika mengajar mata kuliah penelitian pendidikan di kelasku kala itu. Secara tidak langsung, kata-kata Pak Cipto-lah yang menuntunku untuk melawan segala keterbatasanku dalam hal riset pendidikan. Umumnya rancangan penelitian Solomon Four Group Design digunakan oleh mahasiswa kedokteran, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk digunakan pada penelitian pendidikan. Dari berbagai sumber yang aku peroleh, rancangan penelitian ini memiliki berbagai keunggulan salah satunya adalah kualitas informasi yang dihasilkan lebih valid. Namun, rancangan penelitian ini juga memiliki kekurangan seperti waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian cukup lama, dan biayanya juga tidak murah. Well, yeahh meski terdengar agak sok dan nekat aku memberanikan diri menggunakan rancangan penelitian Solomon Four Group Design. Aku mengakui bahwa diriku ini cukup nekat dan terlalu berani. Bayangkan saja, aku memantapkan hati memilih rancangan penelitian ini tanpa mengetahui bagaimana analisa datanya, dan statistik apa yang nantinya aku gunakan. “Dipikir belakang aja, toh ga ada ilmu yang ga bisa dipelajari. Unsur kebaruan udah, trus unsur keunikannya apa yaaaa?” Tanya sisi lain dari diriku yang sok tau kala itu.
Kuis Act-Count-Think dan Youtube
Aku memutuskan untuk mengembangkan metode belajar kuis tim dengan nama kuis act count think dengan menggunakan youtube sebagai sumber belajar. Menurutku, kuis act count think dan youtube merupakan dua hal yang memiliki keunikan. Kalo ide kuis act count think sebenarnya berangkat dari teori kuis tim yang dikembangkan oleh Silberman, aku hanya memodifikasi-nya menyesuaikan dengan mata pelajaran akuntansi. Kemudian, aku memilih youtube karena aku pribadi adalah pengguna aktif youtube.
Selain belajar, aku sering banget akses youtube untuk sekedar lihat berita, tips-tips dan juga update musik terbaru. Oleh karena itu aku berpikir untuk membuat audio-visual dengan tema akuntansi, sehingga siswa tidak hanya menggunakan youtube untuk sekedar bermain, tetapi juga bisa belajar dengan berbagai kemudahan. Finally, unsur keunikan udah ditemukan.
Accepted
Siang itu aku menyiapkan diri untuk menemui Bu Endang. Aku ingin konsultasi judul dan meminta pendapatnya tentang Solomon Four Group Design, kuis act count think, dan youtube. Sebelum bertemu dengan Bu Endang, aku sempat  bertemu dengan seorang teman yang telah mengajukan judul “Gilak, aku belum dapet ACC. Ternyata, apa yang ditanyain Bu Endang unpredictable. Susah banget sel naklukin Bu Endang L padahal aku tadi udah ngerasa siap banget, eh gatau-nya malah ditanya sesuatu yang diluar dugaanku. Wes kamu berdoa o aja. Nanti juga kamu bakal ngerasain atmosfer yang aku rasain tadi” Kata seorang teman yang baru saja selesai konsultasi judul. Dengan membawa selembar kertas yang berisi judul dan sebuah buku yang bertuliskan oret-oretan konsep penelitian, aku bergegas menemui Bu Endang. *suasana tegang di ruang dosen.
Selfiana: Assalamualaikum Bu.
Bu Endang: Waalaikumsalam, ya mbak ada apa? (sambil pegang hp, suasana hening bangeettt)
Selfiana: Saya mau konsultasi bu (menyodorkan selembar kertas)
Bu Endang: Hmm, coba jelasin, ini maksud penelitianmu apa?
Selfiana: Jadi gini bu, bla bla bla bla bla (aku mencoba menjelaskan sedetail mungkin konsep penelitianku. Dalam waktu singkat, aku menjelaskan gambaran tentang Solomon Four Group Design, kuis act count think, dan youtube )
Bu Endang: Oke, saya ingin tahu isi bab 1, 2 dan 3 dari penelitian yu ini. (Ambil bulpoint, langsung di ACC).
Believe or not that’s happened. Pertama kali konsultasi judul langsung accepted. Dari sinilah semangatku terbentuk. Aku termasuk tipe orang yang gampang dibuat bahagia dengan hal-hal kecil. Bagi sebagian orang, judul diterima sama dosen pembimbing itu semacam hal yang biasa tapi bagiku its a big deal, my love. Haha good job Sel.
Selama proses pengerjaan bab satu sampai dengan bab tiga, aku hanya bimbingan dua kali. Mengapa hanya dua kali? Entahlah. Aku pribadi lebih suka belajar sendiri dan mempersiapkannya dengan baik. Ketika semuanya udah clear, dan aku udah bener-bener siap, baru konsultasi. Jika memang tidak ada hal yang perlu dikonsultasikan ya ngga perlu konsultasi hehehe. Ketika ada revisian pun, aku berusaha mengerjakannya dengan sebaik-baiknya, hal-hal yang mungkin tidak termasuk poin resvisi tapi kaya masih ada kalimat yang kurang tepat, atau ada paragraf yang ngga nyambung, aku coba edit lagi. Biasanya sebelum aku setor naskah ke dosen pembimbing, aku meminta tolong teman kos untuk membacanya. Ketika mereka bisa memahami apa yang aku tulisan, itu berarti tulisanku sudah baik. Jadi, ketika setor revisian bener-bener udah dicek semua. Ya, ini ngga berlaku pada semua orang. Bisa jadi tips, bisa juga tidak. Fleksibel aja yaaa ^^
I’m 99% Plagiarism
Dalam waktu sebulan, aku menghabiskan malamku lebih keras dari biasanya. Jam tidurku kurang lebih hanya tiga jam dalam sehari. Sisanya aku gunakan untuk mengerjakan skripsi. Malam demi malam aku habiskan waktuku untuk membaca buku, jurnal, dan berbagai sumber belajar lainnya. Aku mencoba mem-parafrasa-kan apa yang sudah aku baca. Aku menulis dan mengutipnya dengan benar. Well, yeahh tiba saatnya bagiku untuk mendaftarkan diri pada mata kuliah seminar proposal (sempro) alias mengujikan penelitianku mulai dari bab satu sampai dengan bab tiga (pendahuluan, kajian pustaka, dan metode penelitian). Aku mendapati namaku akan diuji oleh Pak Tu (seneng dong diuji sama sesorang yang pernah aku inginkan sebagai pembimbing). Beberapa hari kemudian, ada revisi jadwal dari jurusan. Why Me?? You know what? Pembimbingku ganti !! “Ini apa sih? Kok pembimbingku ganti gini? Kenapa musti aku yang diganti pembimbingnya? Haduuhhh ini pihak jurusan dendam sama aku atau apa sih?” kataku sambil kesel banget. Rasanya pingin nangis lagi  masa iya aku diuji sama dosen yang bisa dibilang lebih perfeksionisnya ketimbang Bu Endang, lebih killer dari Bu Endang huhuhu what the hell its it ?
Namanya Bu Ani, beliau baru saja menyelesaikan studi PhD di salah satu universitas terbaik di Australia. Kebayang gak sih standar-nya kaya gimana? Ujian sempro bisa dibilang malapetaka, dan bisa dibilang berkah. Faktanya, ketika ujian sempro telah selesai aku mendapatkan banyak kritikan dan masukan. “Mbak! Kok saya sebel yaa? Ini cara nulis kutipannya nggak konsisten. Ini kamu plagiasi kah? Udah gak ada daftar isinya, gak ada daftar rujukannya. Kalo gak ada daftar rujukannya gini, ini karyamu 99% saya nyatakan plagiasi berat loh” Tegas Bu Ani. Kebodohan yang gak bakal aku ulang seumur hidup. Berani-beraninya daftar sempro padahal belum bikin daftar rujukan T_T. Aku melihat wajah Bu Endang yang sangat kecewa saat itu. Rasanya aku telah melakukan dosa besar “Ya allah, ini emang salahku yang entah kenapa nggak buat daftar rujukan. Tapi Asli, aku nggak plagiasi. Aku hanya kurang belajar cara menutip yang benar. Bu Endang pliss jangan kecewa sama aku” suara hatiku kala itu. Setelah selesai sempro, aku menangis di pojokkan gedung fakultas. Aku merasa sangat menyesal. Eberapa menit kemudian, aku menerima pesan  whatshapp dari Bu Ani. Intinya, beliau memintaku untuk menemuinya karena ada hal-hal yang masih ingin disampaikan. Aku bergegas mengusap air mataku dan menemui Bu Ani “Menurut saya karya mu ini sudah bagus, tapi perlu di smooth lagi untuk penulisannya. Jangan gunakan kalimat yang bertele-tele, nanti esensi dari tulisanmu hilang” kata Bu Ani dengan sabar dan tegas. Ketika Bu Ani menyampaikan masukan dan kritikan seperti itu, aku menguatkan diriku untuk senantiasa  berpikir positif. “Aku harusnya bersyukur, lebih banyak revisi artinya lebih banyak lagi aku harus belajar” pikirku kala itu. Ada lima puluh delapan catatan revisi dari Bu Ani. Entah kenapa, aku justru semakin semangat. Aku seneng banget dapet banyak revisian dari Bu Ani. Kalo dipikir-pikir, the logic is Bu Ani udah pasti baca semua isi karya tulisku, itulah mengapa beliau bisa memberikan catatan sebanyak itu. Meski sempat dibilang 99% plagiarism, aku menyakini bahwa semua yang disampaikan Bu Ani adalah jalan untuk aku menjadi mahasiswa yang lebih baik lagi. Aku yakin jika aku bisa memperbaiki lima puluh delapan catatan revisi dari beliau, aku akan menjadi penulis yang hebat.
Aku Masuk Koran, Segalanya Terbayar!
Setelah melaksanakan penelitian kurang lebih selama dua minggu, aku mengalami kesulitan untuk menganalisa data yang aku dapatkan. Aku udah coba baca berbagai sumber yang membahas tentang rancangan penelitian Solomon Four Group Design, tapi tetep aja gak mudeng (entah akunya yang bego atau gimana) hehehe. Mungkin, dasarnya aku orangnya bego tapi punya kebiasaan ngotot pengen bisa -.- yaudah tetep aja cari tau. Sambil baca jurnal online, terkadang aku main aplikasi instagram. Pas lagi iseng-iseng scrolldown, aku dapet informasi Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Universitas Negeri Jakarta. Kebetulan, judul dan tema penelitiannya nyambung sama skripsiku “Ya Rab, aku kok pengen masukin skripsiku ke LKTIN ini ya? tapi gimana?? Bab empatku (pembahasan) gak selesai-selesai, masih stuck in the dark gini” keluhku.
Kesempatan gak datang dua kali. Selagi bisa diusahakan aku ambil kesempatan yang ada di depan mataku. Aku memberanikan diri mengikuti lomba tersebut, dengan mengganti metode penelitian yang lebih mudah (bukan menggunakan rancangan penelitian Solomon Four Group Design).
Sejujurnya aku tidak berharap banyak, karena memang tidak ada yang spesial dari penelitianku ini selain tentang rancangan penelitian Solomon Four Group Design. Namun, tuhan berkata lain. Mungkin karena kesungguhanku dan doa dari keluarga, Allah memberikan aku kesempatan untuk berangkat sebagai finalis dan memaparkan hasil penelitianku di hadapan dewan juri. Alhamdulillah, aku mendapatkan Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Universitas Negeri Jakarta.  That’s the best achievement I ever had. Ya seneng dan bersyukur banget, bisa lomba, bertukar pikiran dengan finalis lain, jalan-jalan ke jakarta gratis dibiayai oleh pihak Fakultas.
Sepulang dari Jakarta, aku lebih semangat untuk mencari informasi tentang rancangan penelitian Solomon Four Group Design. Aku percaya bahwa selalu ada jalan bagi siapapun yang mau berusaha. Finally, aku mendapatkan pemahaman setelah sekian lama mencoba. Aku menemukan jurnal yang berusia cukup tua dan beberapa buku yang membahas mengenai Solomon Four Group Design . Aku meminta pendapat Bu Endang atas pemahaman yang aku dapatkan. Tentunya, beliau memberikan banyak masukan padaku. Sembari konsultasi aku juga menyampaikan kabar bahagia bahwa aku baru saja mendapatkan Juara hehe beliau terlihat begitu apreciate. “Bu Endang berani nih memasukkan skripsimu ini ke Jurnal Internasional. Gimana yu brani nggak?” tanya Bu Endang dengan suara yang kayanya lagi bangga gitu hehe. Aku menjawabnya dengan sangat sederhana “Berani Bu.” Jawabku. Sebuah kesepakatan yang indah bukan? ketika mendapatkan tawaran seperti itu , aku merasa bangga pada diriku sendiri. Sepulang dari menemui Bu Edang aku langsung memberikan penghargaan pada diriku sendiri dengan membeli jus melon dan mie ayam langganan dekat denan kampus. Jujur, aku menangis haru ketika mendapatkan tawaran dari Bu Endang. Aku merasa bahwa segala hal yang aku lakukan tidak ada yang sia-sia. Ya benar! Aku memang cengeng dan sedikit alay but i’m cute enough right?
My love, luar biasa sekali. Banyak hal yang tidak terduga. Dua minggu setelah pulang dari Jakarta, ada seorang wartawan media cetak yang menghubungiku melalu direct message  instagram. Beliau tertarik dengan perjalananku ketika mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional kemarin. Beliau mewawancaraiku dan menanyakan banyak hal tentang diriku. Kedua orantuaku merasa sangat bangga karena anaknya bisa masuk koran. Lucu dan indah sekali perjalanan hidup di semester akhir ini.


Semoga saja sidangku, dan perjalanan mengikuti lomba senantiasa mendapatkan kelancaran dan hasil yang baik (ALHAMDULILLAH SEGALANYA SELESAI DENGAN SANGAT BAIK WKWKW). Semoga, siapapun yang membaca cerita ini bisa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat. Selalu semangat jalani hari. Do your best, and break the limits !! Salam Sayang, Selfiana.
Friday, May 18th 2018

2 komentar:

  1. Masyaallah, semoga ketularan semangat dan pinternya. Hehe.. terimakasih sudah berbagi pengalaman mbak :)

    BalasHapus
  2. :" demi apa kamu bacain ini semua? Aku dong yang makasih kamu dah mau mampir. Semoga bermanfaat dan ada faedahnya yaa... Amiinn..

    BalasHapus