At first, I made this paper to take part in a competition with the theme of the process of being creative. Well, maybe the quality of this story is not good, so i just enter the top 20, hahaha. Unfortunately, only the top 10 are published. it's mean this storyhavent been published, so I just published on this blog ~ based on my personal experience.
DO
YOUR BEST, LET’S BREAK THE LIMITS !!!
Selfiana,
begitulah orang memanggilku. Aku adalah seorang mahasiswa jurusan akuntansi di
salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia buruh angka wkwkw. Baru-baru ini aku mendapatkan
pengalaman yang sangat luar biasa dalam dihidupku. Ya! hanya dengan menulis. My love, simak cerita berikut ini:
Allah give what you need, so dont be Argue!
Sebelum
memasuki semester akhir, seluruh mahasiswa jurusan akuntansi berbondong-bondong
mengisi sebuah formulir yang digunakan untuk memilih dosen pembimbing yang akan
memberikan arahan ketika mengerjakan skripsi nanti. Tentunya, aku memilih dosen
yang sedikit banyak mengenal dan mengatahui kemampuanku. Beliau adalah Pak
Tuhardjo/Pak Tu. Selain baik hatinya, beliau merupakan dosen yang selalu
menginspirasiku. Ketika mengajar beliau selalu menjelaskan seluruh materi
pembelajaran secara sistematis, dan detail bangettt. Mahasiswa yang sebelumnya
gak paham dan gak tau apa-apa, medadak jadi paham waktu dijelasin sama Pak Tu.
Hebat sih bapak ini, karena itulah aku memilihnya sebagai dosen pembimbingku.
Namun, tuhan berkata lain. Pengumuman keluar dan yaaah! aku mendapatkan dosen
pembimbing yang bernama Bu Endang yang terkenal killer, susah ditemui karna jam terbangnya yang tinggi, dan dosen
ini super perfeksionis. Aku galau semingguan “Gimana nanti kalo aku gak
lulus-lulus? Gimana ini? Gimana dong aaaaa sedih bangettt aku” keluhku saat itu. Jujur, aku merasa sangat kecewa
dengan pihak jurusan yang menentukan keputusan itu. Aku merasa iri dengan teman
lain yang dibimbing oleh Pak Tu. Aku sempat menangis karena apa yang terjadi
tidak sesuai dengan keinginan hati ini.
Feel so sad, my love.
Melihat
diriku yang murung semingguan, ibu mengatakan “Westalah, udahan nak sedihnya.
Kamu pernah dengar ndak? Allah itu selalu memberikan apa yang dibutuhkan
hambanya, bukan sekedar yang diinginkan. Ibu yakin, kamu pasti bisa! Harus
berpikir positif, sekarang coba cari sisi baiknya Bu Endang”. Meski awalnya
masih ‘ngedumel’ dan tetep sok sedih,
perlahan aku mulai bisa memahami apa yang dikatakan oleh Ibu. Ya! tuhan
memberikan apa yang aku butuhkan. Setelah aku mencari tahu sisi baik Bu Endang,
aku mendapatkan informasi bahwa dalam proses bimbingan beliau benar-benar
totalitas. Selain menjadi dosen, beliau juga memiliki jabatan sebagai ketua di
salah satu sub bidang lembaga pengembangan dan penelitian pendidikan kampus.
Pertama
kali bimbingan, aku bertemu dengan 20 anak yang dibimbing oleh Bu Endang. Kami
berkumpul untuk mendapatkan pengarahan teknis bimbingan. Melihat beliau yang
begitu semangat menjelaskan, aku mencatat sedetail mungkin segala informasi
pada bimbingan pertama ini. Intinya, Bu Endang ingin seluruh mahasiswa
bimbingannya mengerjakan skripsi dengan unsur kebaruan dan keunikan.”Kalian
cukup ajukan satu judul skripsi aja. Satu judul yang udah matang dari segi
konsep dan harus dibikin se-implementatif mungkin”. Jelas Bu Endang. Hari demi
hari kulewati dengan merenungkan apa yang diingikan oleh Bu Endang.
Alhamdulillah, cukup dengan merenung tiga hari Allah berikan aku jawabannya.
Terimakasih Pak Cipto Wardoyo
:*
“Kenapa yaa mahasiswa selalu maunya yang
gampang-gampang?, mbok yaa sekali-kali skripsinya dikerjakan pake rancangan
penelitian Solomon Four Group Design”
Sindir Pak Cipto ketika mengajar mata kuliah penelitian pendidikan di kelasku
kala itu. Secara tidak langsung, kata-kata Pak Cipto-lah yang menuntunku untuk
melawan segala keterbatasanku dalam hal riset pendidikan. Umumnya rancangan
penelitian Solomon Four Group Design
digunakan oleh mahasiswa kedokteran, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
digunakan pada penelitian pendidikan. Dari berbagai sumber yang aku peroleh,
rancangan penelitian ini memiliki berbagai keunggulan salah satunya adalah
kualitas informasi yang dihasilkan lebih valid. Namun, rancangan penelitian ini
juga memiliki kekurangan seperti waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
penelitian cukup lama, dan biayanya juga tidak murah. Well, yeahh meski terdengar agak sok dan nekat aku memberanikan
diri menggunakan rancangan penelitian Solomon
Four Group Design. Aku mengakui bahwa diriku ini cukup nekat dan terlalu
berani. Bayangkan saja, aku memantapkan hati memilih rancangan penelitian ini
tanpa mengetahui bagaimana analisa datanya, dan statistik apa yang nantinya aku
gunakan. “Dipikir belakang aja, toh ga ada ilmu yang ga bisa dipelajari. Unsur
kebaruan udah, trus unsur keunikannya apa yaaaa?” Tanya sisi lain dari diriku
yang sok tau kala itu.
Kuis Act-Count-Think dan Youtube
Aku
memutuskan untuk mengembangkan metode belajar kuis tim dengan nama kuis act count think dengan menggunakan youtube sebagai sumber belajar.
Menurutku, kuis act count think dan youtube merupakan dua hal yang memiliki
keunikan. Kalo ide kuis act count think sebenarnya
berangkat dari teori kuis tim yang dikembangkan oleh Silberman, aku hanya
memodifikasi-nya menyesuaikan dengan mata pelajaran akuntansi. Kemudian, aku
memilih youtube karena aku pribadi
adalah pengguna aktif youtube.
Selain
belajar, aku sering banget akses youtube
untuk sekedar lihat berita, tips-tips dan juga update musik terbaru. Oleh karena itu aku berpikir untuk membuat
audio-visual dengan tema akuntansi, sehingga siswa tidak hanya menggunakan youtube untuk sekedar bermain, tetapi
juga bisa belajar dengan berbagai kemudahan. Finally, unsur keunikan udah ditemukan.
Accepted
Siang
itu aku menyiapkan diri untuk menemui Bu Endang. Aku ingin konsultasi judul dan
meminta pendapatnya tentang Solomon Four
Group Design, kuis act count think,
dan youtube. Sebelum bertemu dengan
Bu Endang, aku sempat bertemu dengan
seorang teman yang telah mengajukan judul “Gilak, aku belum dapet ACC.
Ternyata, apa yang ditanyain Bu Endang unpredictable.
Susah banget sel naklukin Bu Endang L
padahal aku tadi udah ngerasa siap banget, eh gatau-nya malah ditanya sesuatu
yang diluar dugaanku. Wes kamu berdoa o aja. Nanti juga kamu bakal ngerasain
atmosfer yang aku rasain tadi” Kata seorang teman yang baru saja selesai
konsultasi judul. Dengan membawa selembar kertas yang berisi judul dan sebuah
buku yang bertuliskan oret-oretan konsep penelitian, aku bergegas menemui Bu
Endang. *suasana tegang di ruang dosen.
Selfiana:
Assalamualaikum Bu.
Bu
Endang: Waalaikumsalam, ya mbak ada apa? (sambil pegang hp, suasana hening bangeettt)
Selfiana:
Saya mau konsultasi bu (menyodorkan selembar kertas)
Bu
Endang: Hmm, coba jelasin, ini maksud penelitianmu apa?
Bu
Endang: Oke, saya ingin tahu isi bab 1, 2 dan 3 dari penelitian yu ini. (Ambil
bulpoint, langsung di ACC).
Believe or not that’s
happened. Pertama kali konsultasi judul langsung accepted. Dari sinilah semangatku
terbentuk. Aku termasuk tipe orang yang gampang dibuat bahagia dengan hal-hal
kecil. Bagi sebagian orang, judul diterima sama dosen pembimbing itu semacam
hal yang biasa tapi bagiku its a big deal,
my love. Haha good job Sel.
Selama
proses pengerjaan bab satu sampai dengan bab tiga, aku hanya bimbingan dua
kali. Mengapa hanya dua kali? Entahlah. Aku pribadi lebih suka belajar sendiri
dan mempersiapkannya dengan baik. Ketika semuanya udah clear, dan aku udah bener-bener siap, baru konsultasi. Jika memang
tidak ada hal yang perlu dikonsultasikan ya ngga perlu konsultasi hehehe.
Ketika ada revisian pun, aku berusaha mengerjakannya dengan sebaik-baiknya,
hal-hal yang mungkin tidak termasuk poin resvisi tapi kaya masih ada kalimat
yang kurang tepat, atau ada paragraf yang ngga nyambung, aku coba edit lagi. Biasanya
sebelum aku setor naskah ke dosen pembimbing, aku meminta tolong teman kos
untuk membacanya. Ketika mereka bisa memahami apa yang aku tulisan, itu berarti
tulisanku sudah baik. Jadi, ketika setor revisian bener-bener udah dicek semua.
Ya, ini ngga berlaku pada semua orang. Bisa jadi tips, bisa juga tidak.
Fleksibel aja yaaa ^^
I’m 99% Plagiarism
Dalam
waktu sebulan, aku menghabiskan malamku lebih keras dari biasanya. Jam tidurku
kurang lebih hanya tiga jam dalam sehari. Sisanya aku gunakan untuk mengerjakan
skripsi. Malam demi malam aku habiskan waktuku untuk membaca buku, jurnal, dan
berbagai sumber belajar lainnya. Aku mencoba mem-parafrasa-kan apa yang sudah
aku baca. Aku menulis dan mengutipnya dengan benar. Well, yeahh tiba saatnya bagiku untuk mendaftarkan diri pada mata
kuliah seminar proposal (sempro) alias mengujikan penelitianku mulai dari bab
satu sampai dengan bab tiga (pendahuluan, kajian pustaka, dan metode
penelitian). Aku mendapati namaku akan diuji oleh Pak Tu (seneng dong diuji
sama sesorang yang pernah aku inginkan sebagai pembimbing). Beberapa hari
kemudian, ada revisi jadwal dari jurusan. Why
Me?? You know what? Pembimbingku
ganti !! “Ini apa sih? Kok pembimbingku ganti gini? Kenapa musti aku yang
diganti pembimbingnya? Haduuhhh ini pihak jurusan dendam sama aku atau apa
sih?” kataku sambil kesel banget. Rasanya pingin nangis lagi masa iya aku diuji sama dosen yang bisa dibilang lebih perfeksionisnya
ketimbang Bu Endang, lebih killer
dari Bu Endang huhuhu what the hell its
it ?
Namanya
Bu Ani, beliau baru saja menyelesaikan studi PhD di salah satu universitas
terbaik di Australia. Kebayang gak sih standar-nya kaya gimana? Ujian sempro
bisa dibilang malapetaka, dan bisa dibilang berkah. Faktanya, ketika ujian
sempro telah selesai aku mendapatkan banyak kritikan dan masukan. “Mbak! Kok
saya sebel yaa? Ini cara nulis kutipannya nggak konsisten. Ini kamu plagiasi
kah? Udah gak ada daftar isinya, gak ada daftar rujukannya. Kalo gak ada daftar
rujukannya gini, ini karyamu 99% saya nyatakan plagiasi berat loh” Tegas Bu
Ani. Kebodohan yang gak bakal aku ulang seumur hidup.
Berani-beraninya daftar sempro padahal belum bikin daftar rujukan T_T. Aku
melihat wajah Bu Endang yang sangat kecewa saat itu. Rasanya aku telah
melakukan dosa besar “Ya allah, ini emang salahku yang entah kenapa nggak buat
daftar rujukan. Tapi Asli, aku nggak plagiasi. Aku hanya kurang belajar cara
menutip yang benar. Bu Endang pliss jangan kecewa sama aku” suara hatiku kala
itu. Setelah selesai sempro, aku menangis di pojokkan gedung fakultas. Aku
merasa sangat menyesal. Eberapa menit kemudian, aku menerima pesan whatshapp
dari Bu Ani. Intinya, beliau memintaku untuk menemuinya karena ada hal-hal
yang masih ingin disampaikan. Aku bergegas mengusap air mataku dan menemui Bu
Ani “Menurut saya karya mu ini sudah bagus, tapi perlu di smooth lagi untuk penulisannya. Jangan gunakan kalimat yang
bertele-tele, nanti esensi dari tulisanmu hilang” kata Bu Ani dengan sabar dan
tegas. Ketika Bu Ani
menyampaikan masukan dan kritikan seperti itu, aku
menguatkan diriku untuk senantiasa berpikir
positif. “Aku harusnya bersyukur, lebih banyak revisi artinya lebih banyak lagi
aku harus belajar” pikirku kala itu. Ada lima puluh delapan catatan revisi dari
Bu Ani. Entah kenapa, aku justru semakin semangat. Aku seneng banget dapet
banyak revisian dari Bu Ani. Kalo dipikir-pikir, the logic is Bu Ani udah pasti baca semua isi karya tulisku, itulah
mengapa beliau bisa memberikan catatan sebanyak itu. Meski sempat dibilang 99%
plagiarism, aku menyakini bahwa semua yang disampaikan Bu Ani adalah jalan
untuk aku menjadi mahasiswa yang lebih baik lagi. Aku yakin jika aku bisa
memperbaiki lima puluh delapan catatan revisi dari beliau, aku akan menjadi
penulis yang hebat.
Aku Masuk Koran,
Segalanya Terbayar!
Sejujurnya aku tidak berharap banyak, karena memang tidak ada yang spesial dari penelitianku ini selain tentang rancangan penelitian Solomon Four Group Design. Namun, tuhan berkata lain. Mungkin karena kesungguhanku dan doa dari keluarga, Allah memberikan aku kesempatan untuk berangkat sebagai finalis dan memaparkan hasil penelitianku di hadapan dewan juri. Alhamdulillah, aku mendapatkan Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Universitas Negeri Jakarta. That’s the best achievement I ever had. Ya seneng dan bersyukur banget, bisa lomba, bertukar pikiran dengan finalis lain, jalan-jalan ke jakarta gratis dibiayai oleh pihak Fakultas.
Sepulang
dari Jakarta, aku lebih semangat untuk mencari informasi tentang rancangan
penelitian Solomon Four Group Design.
Aku percaya bahwa selalu ada jalan bagi siapapun yang mau berusaha. Finally, aku mendapatkan pemahaman
setelah sekian lama mencoba. Aku menemukan jurnal yang berusia cukup tua dan
beberapa buku yang membahas mengenai Solomon
Four Group Design . Aku meminta pendapat Bu Endang atas pemahaman yang aku
dapatkan. Tentunya, beliau memberikan banyak masukan padaku. Sembari konsultasi
aku juga menyampaikan kabar bahagia bahwa aku baru saja mendapatkan Juara hehe beliau terlihat begitu apreciate. “Bu
Endang berani nih memasukkan skripsimu ini ke Jurnal Internasional. Gimana yu
brani nggak?” tanya Bu Endang dengan suara yang kayanya lagi bangga gitu hehe. Aku menjawabnya dengan sangat sederhana “Berani Bu.” Jawabku. Sebuah
kesepakatan yang indah bukan? ketika mendapatkan tawaran seperti itu , aku
merasa bangga pada diriku sendiri. Sepulang dari menemui Bu Edang aku langsung
memberikan penghargaan pada diriku sendiri dengan membeli jus melon dan mie
ayam langganan dekat denan kampus. Jujur, aku menangis haru ketika mendapatkan
tawaran dari Bu Endang. Aku merasa bahwa segala hal yang aku lakukan tidak ada
yang sia-sia. Ya benar! Aku memang cengeng dan sedikit alay but i’m cute enough right?

Semoga
saja sidangku, dan perjalanan mengikuti lomba senantiasa mendapatkan kelancaran
dan hasil yang baik (ALHAMDULILLAH SEGALANYA SELESAI DENGAN SANGAT BAIK WKWKW). Semoga, siapapun yang membaca cerita ini bisa mendapatkan
sesuatu yang bermanfaat. Selalu semangat jalani hari. Do your best, and break the limits !! Salam Sayang, Selfiana.
Friday, May 18th 2018
Masyaallah, semoga ketularan semangat dan pinternya. Hehe.. terimakasih sudah berbagi pengalaman mbak :)
BalasHapus:" demi apa kamu bacain ini semua? Aku dong yang makasih kamu dah mau mampir. Semoga bermanfaat dan ada faedahnya yaa... Amiinn..
BalasHapus