Senin, 14 Desember 2020

Self Edu: Lebih baik investasi Reksadana atau Menabung?

Sebelum aku membahas tentang tips investasi reksadana, aku bakal sedikit mengulik tentang investasi itu sendiri. Kenapaaa sih harus investasi?? Kenapa ngga nabung aja??? Here we go,

Tingginya kebutuhan hidup seseorang dan tingkat inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun menjadi alasan yang logic kenapa seseorang memutuskan untuk berinvestasi. Bayangkan saja, harga terus meningkat sedangkan pemasukan dan dana tabungan masih tetap sama. Jika beralih ke Investasi, maka investasi akan lebih bisa menjaga nilai rencana keuangan dimasa mendatang. Tidak masalah jika gaji yang diterima hanya berkisar 4-5 juta, asalkan mampu mengelola rencana finansial dengan baik. 

Inflasi membuat nilai uang dalam tabungan kalian semakin berkurang. Loh, kan ada bunga? Faktanya,  suku bunga yang diberikan oleh bank itu tidak mengikuti laju inflasi. Fyi, bunga yang diberikan bank sejatinya hanya mengimbangi efek negatif dari inflasinya saja. Belum lagi nanti ketambahan dosa karena kena ribanya.

“Trus gimana? Apa sebaiknya gausa nabung?”

Ngga dong! Nabung boleh aja tapi investasi juga jangan ditinggal. Saat ini, saving/menabung sudah tidak mampu lagi menjadi solusi dalam meningkatkan kemampuan finansial seseorang di masa depan. Hal ini karena kita tahu bahwa menabung tidak memberikan imbal hasil layaknya berinvestasi.

“Kok bisa gitu?”

Adanya kenaikan tingkat harga (inflasi) yang terjadi setiap tahun akan semakin tinggi, maka kegiatan investasi harus dilakukan setiap orang untuk menjaga kemampuan daya beli di masa depan. Sebab potensi keuntungan (return/imbal hasil) yang dihasilkan dari kegiatan investasi bisa lebih besar dan mampu melawan inflasi yang terjadi. Tentu saja itu tidak berlaku untuk kegiatan menabung.

Tsadissss ga tuh kalo nulis blog pake statement Karya Tulis Ilmiah gini? wkwkwkw mantap.

Secara garis besar, investasi adalah kegiatan menempatkan sejumlah dana pada instrumen investasi (Mulai dari saham, reksadana, pasar uang, obligasi dan lain sebagainya) dengan harapan akan memperoleh nilai tambah (passive income) dimasa yang akan datang. 

Jika kalian adalah seseorang yang bekerja dan memiliki pendapatan/income, maka secara umum pendapatan itu dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu active dan passive income. Active income bisa diperoleh jika kalian telah melakukan hal-hal tertentu, misalnya bekerja. Sedangkan passive income merupakan pendapatan yang diperoleh dari memanfaatkan materi yang kalian miliki. Passive income dapat datang dengan sendirinya, 'hanya dan hanya jika' kalian telah mendapatkan hasil dari kegiatan investasi atas sejumlah uang/aset. 

Contoh: Pak Abu bekerja sebagai staf dan mendapat gaji bulanan (active income), kemudian Pak Abu mengalokasikan gajinya untuk membangun kos-kosan (dalam hal ini instrumen investasinya berupa bangunan/investasi riil). Setelah terbangun, kos-kosan tersebut disewakan. Nah, pendapatan atas sewa kos bisa disebut sebagai passive income karena Pak Abu memperolehnya tanpa melakukan pekerjaan apapun, melainkan dihasilkan karena kegiatan investasi.

Hmmm enak kan ya? Active income ada, passive income jalan terus. Hihihihihi

Berdasarkan contoh diatas, kita tahu bahwa tidak semua orang bisa mengelola active income layaknya Pak Abu. Belum lagi investasi untuk membangun kos-kosan pasti membutuhkan uang yang besar, artinya tidak cukup 1-5 juta. Ada saja kondisi yang membuat seseorang pesimis untuk bisa memiliki passive income.

“Jangankan untuk investasi, untuk kebutuhan diri sendiri aja masih mepet banget”.

Kalo kondisinya semacam ini, bukan berarti kalian ngga bisa dapet passive income. Masih bisa banget kok, santuy.

“Caranya gimana?”

Mudah aja, kalian tinggal pinter-pinter memilih instrumen investasi yang cocok dengan kondisi keuangan kalian. Dunia perinvestasian membagi jenis investasi menjadi dua yaitu investasi riil dan non riil. Investasi riil merupakan investasi terhadap material seperti emas, property, tanah, bangunan, dan karya seni. Sementara investasi non riil merupakan investasi terhadap produk keuangan seperti saham, reksadana, obligasi, dan pasar uang.

Sesuai judul diatas, kali ini aku bakal bahas investasi reksadana. Dikutip dari website resmi Bursa Efek Indonesia (idx.co.id), Reksadana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh manajer investasi. Yap! Jadi reksadana ini adalah model investasi dengan cara mengumpulkan dana yang dimiliki untuk dikelola dalam berbagai instrumen keuangan.

“Siapa yang mengelola?”

Yang mengelola adalah manajer investasi. Cara kerjanya hampir sama dengan menabung. Bedanya kalo nabung kan duitnya dipercayakan ke bank, kalo reksa dana dipercayakan ke manajer investasi. Manajer investasi inilah yang nantinya akan mengelola dana kita untuk mendapatkan imbal hasil. Salah satu faktor yang sangat penting diperhatikan mengenai cara investasi reksadana yang menguntungkan adalah memilih manajer investasi yang tepat. Reksadana berarti akan mempercayakan dana yang dimiliki untuk dikelola orang lain. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah memastikan tempat investasi yang sudah terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemilihan manajer investasi juga penting dalam cara investasi reksadana lebih lanjut diantaranya karena masing-masing pasti memiliki fee yang dapat berbeda-beda. Sebelum memastikan pilihan, ada baiknya memahami setiap biaya (expense ratio) yang mungkin dikenakan oleh manajer investasi.


Tampilan Home Aplikasi Bibit.id


“Kenapa harus reksadana?”

Menurutku reksadana itu adalah instrumen investasi yang minim resiko. Kita bisa banget milih manajer investasi yang terpercaya dengan membaca prospektusnya terlebih dahulu. Enaknya, bahkan beberapa platform memberikan fasilitas bebas biaya beli dan jual, uang bisa disetor dan diambil kapanpun karena tidak ada batasan minimal berapa tahun layaknya deposito (3-7 hari bisa balik dan auto masuk ke rekening). Dibandingkan menabung-deposito, reksadana lebih oke karena imbal hasil/return yang diperoleh tidak dipotong pajak. Keuntungan investasi reksadana lainnya adalah kita ngga perlu memulai dari nominal yang besar, bahkan di beberapa platform udah bisa mulai investasi dengan setor 10 ribu rupiah saja.   

“Jadi mana yang lebih baik? Nabung atau Investasi Reksadana?”

Aku sendiri balance yaa. Pro nabung dan juga pro investasi, keduanya sama-sama baik tinggal nanti atur berapa persen nabung, dan berapa persen investasi. Oiya, ada beberapa hal yang musti dicatat sebelum mulai invetasi reksadana. Bisa dibilang ini tips ala-ala deh yaaa:

1.      Pastiin jasa investasi dan manajer investasi yang akan digunakan terdaftar di OJK. Cara ceknya SO EASY, tinggal buka ojk.go.id Pastikan kalo itu bukan lembaga yang bodong. Perhatikan identitas perusahaannya. Nama, alamat, dan lain-lain. Liat apakah perusahaannya fiktif atau enggak.

2.      Pilih manajer investasi yang punya izin WAPERD (Wakil Agen Penjual Efek Reska Dana - orangnya) dan bekerja di perusahaan APERD (Agen Penjual Efek Reksadana - perusahaanya).

3.      Pake aplikasi bibit. Aku menyarankan karena aku juga pake aplikasi ini untuk investasi.  

4.      Yok mulai bangun kebiasaan untuk menyisahkan uang diawal, entah itu untuk investasi/nabung. Kalau aku pribadi menetapkan standar minimal setor 15%-25% dari gaji untuk nabung/investasi. Nah, dari 15% itu dialokasikan lagi berapa % untuk nabung dan berapa % untuk investasi reksadana. Tentu saja, % investasi reksadana lebih besar.  

 Ditulis oleh aku yang mulai rajin top-up untuk nabung ketimbang belanja online,

Selfiana Hanafi 



0 komentar:

Posting Komentar